Kamis, 12 Juli 2012

rumah panti muslimin


Sejak berdiri tahun 1931, Panti Asuhan Muslimin sudah mendidik dan menampung anak-anak tidak mampu baik mereka yang memang tidak mampu secara ekonomi maupun mereka yang berasal dari keluarga broken
Menurut Bapak Sarwono selaku ketua panti Muslimin, Panti ini sudah berdiri sejak tahun 1931 dimana pada mulanya bernama “Sarekat Isteri Jacatra” (S-1-J). Serikat ini pada awalnya bertujuan untuk meningkatkan harkat serta martabat Indonesia yang berdiri pada tanggal 18 Mei 1930. Lalu pada tanggal 10 Juni 1931, Ibu Siti Zahra Goenawan selaku Ketua Pengurus S-1-J memprakarsai pertemuan dengan beberapa tokoh Islam pada waktu itu yang menghasilkan keputusan yaitu membentuk pengurus untuk suatu badan yang kemudian pada tanggal 10 Juli 1931, badan itu bernama Rumah Piatu Muslimin (RPM).
Pada tanggal 6 Agustus 1931 mendapat pengesahan dan pengukuhan lembaga RPM didepan notaris MR. Adrian Hendrik van Ophuysen dengan akte no. 19 dan baru 55 tahun kemudian, pemerintah Republik Indonesia mengukuhkan Rumah Piatu Muslimin sebagai organisasi social tingkat provinsi melalui surat keputusan menteri social RI no. 113/KPTS/BBS/VII/86.
Awal mula panti ini berdiri karena ibu S.Z. Gunawan ingin membuat suatu tempat penampungan bagi anak-anak terlantar pribumi karena pada saat itu, tempat-tempat penampungan hanya terbatas bagi anak-anak Indo dan non-pribumi. Ibu S.Z. Gunawan juga ingin berbuat sesuatu bagi anak-anak Indonesia yang miskin dan terlantar guna membuka harapan dan masa depan mereka.
Pada masa sekarang, tujuan ibu S.Z. Gunawan kembali diteruskan oleh penerusnya yaitu dr. Sarsanto W. Sarwono selaku ketua Pembina yayasan dan ibu Hajjah Sophie Sarwono selaku ketua pengurus dan dalam kurun waktu 70 tahun, Lembaga Rumah Piatu Muslimin telah mengembangkan usaha-usaha dibidang kesejahteraan sosial diantaranya Panti Asuhan Muslimin yang sekarang disebut Panti Penyantunan Anak (PPA) Yaitu sebuah usaha di bidang kesejahteraan anak terlantar, Wisma Tuna Ganda – Palsigunung yaitu usaha di bidang kesejahteraan anak menyandang cacat dan perguruan Islam Muslimin yang bergerak di bidang pendidikan.
Jumlah penghuni Rumah Piatu Muslimin saat ini berjumlah 45 orang. Menurut bapak Sarwono, pihaknya hanya membatasi jumlah kapasitas anak yang ditampung sebanyak 60 orang. Hal ini karena keterbatasan tempat. Namun, kami tetap membuka kesempatan bagi anak-anak yang tidak mampu sekolah dengan hanya membayar uang sekolah sebesar Rp.10.000 di SMP terbuka. Selain itu, bila ada anak yang bsia lolos SNMPTN maka akan kami bantu pembiayaannya. Namun, jarang dari mereka yang tertarik untuk kuliah karena kebanyakan anak-anak didikan panti ini yang sekolah SMK sudah mendapatkan pekerjaan ketika mereka lulus.
Untuk pembiayaan operasional, menurut bapak Sarwono, pihaknya dibantu oleh Dinas Sosial Kementerian Sosial juga para donator. Menurut bapak Sarwono, Dinas Sosial membantu memberikan sumbangan sebesar Rp.3000 per hari dimana itu sudah termasuk ongkos dan subsidi. Namun, walaupun kecil, setidaknya ini menenjukkan kepedulian pemerintah melalui dinas social terhadap Rumah Piatu Muslimin. Namun, sumbangan dari donator lain juga tidak kalah besar. Salah satunya dari yayasan Dharmais yang menyumbang sebesar Rp. 6 Juta per-triwulan.
Menurut bapak Sarwono, mendidik anak-anak disini tidaklah mudah karena lingkungan yang tidak mendukung, dimana hanya beberapa meter dari panti tersebut di gedung bioskop banyak terjadi transaksi narkoba dan bila tidak dijaga maka anak-anak dari panti tersebut dapat dijadikan kurir narkoba karena bayaran sebagai kurir cukup besar yaitu Rp.100.000 sekali antar. Dimana dahulu sering terjadi kejadian dimana anak-anak di panti ini dijadikan kurir karena begitu mudahnya orang-orang luar melalui pedagang gerobak masuk.
“Bahkan ada kejadian pembunuhan di gerobak pun, kami tidak tahu.” Kata bapak sarwono
Namun, keadaan tersebut saat ini sudah jarang ditemui karena penjagaan yang ketat dari satpam dan hubungan baik kami dengan masyarakat di kampung belakang, dimana banyak dari mereka yang bersekolah di SMP terbuka dan kami ajak apabila ada acara buka puasa bersama di bulan Ramadhan.
Fasilitas di rumah piatu Muslimin ini mencakup Sekolah Dasar, SMP terbuka, lapangan olahraga, perpustakaan, poliklinik, bengkel latihan kerja, sanggar kesenian,  lab computer, Mushola, aula, koperasi anak asuh dan asrama tempat tinggal. jumlah buku di perpustakaan rumah piatu Muslimin juga cukup banyak dan tidak hanya sekedar buku pelajaran namun juga buku-buku lain. Dimana wartawan Info Societa menemui beberapa buku komik Lucky Luke dan buku-buku lain.
Menurut Bapak Supriyadi selaku penanggungjawab Perpustakaan, Buku-buku yang diterima dari sumbangan donator akan diseleksi lagi berdasarkan tahun ajaran dan layak tidaknya, sehingga anak-anak dapat membaca bacaan yang layak.
Di rumah piatu ini, anak-anak yang tinggal tidak boleh diadopsi karena latar belakang mereka adalah keluarag broken home sehingga mereka hanya boleh keluar apabila diambil lagi oleh orang tuanya atau dipindahkan ke panti social lain.
Prosedur penerimaan anak dipanti ini yaitu penerimaan dilakukan atas rekomendasi dinas social kemudian orang tua/wali dapat menghubungi dinas sosial DKI Jakarta yang akan ditindaklanjuti oleh petugas social untuk membawa studi kasus mengenai anak dan keluarga sebagai bahan rekomendasi. Penerimaan lebih diutamakan bagi anak yang benar-benar membutuhkan pertolongan dan juga berdasarkan kelengkapan persyaratan administrasi yang dibutuhkan.
Menurut Reza, salah satu penghuni Panti, dirinya sangat bahagia tinggal di Rumah Piatu Muslimin karena disini mereka diperlakukan dengan kasih saying yang mungkin tidak didapatkan dirumahnya. Reza yang sudah tiga tahun tinggal dipanti dan berasal dari Bekasi merasa teman-temannya dip anti ini sudah seperti saudara.
Sedangkan Diki, penghuni lainnya yang berasal dari jakarta juga senang bisa berada di rumah piatu Muslimin karena diperlakukan secara layak dan Fani, penghuni putri asal Banjarnegara, Jawa Tengah juga merasa senang bisa tinggal dipanti ini, karena selain ayahnya yang sudah meninggal, ibunya juga tidak mampu menyekolahkan fani sehingga ia ia senang bisa bersekolah di SD panti ini.
Dapat diambil kesimpulan bahwa anak-anak yang hidup dipanti merasa senang dan bahagia bisa menemukan keluarga barunya di Rumah Piatu Muslimin. Sehingga pemerintah memang sudah selayaknya memperhatikan mereka. Karena mereka juga bagian dari masyarakat Indonesia dan pemerintah sudah berkewajiban mewujudkan salah satu tujuan Millennium Development Goals (MDGs) yaitu penuntasan kemiskinan secara radikal. (Tulisan Kharizma Ahmada Foto : Martinus Leonard)

Tidak ada komentar: