Kamis, 21 Maret 2013

MENINGKATKAN NASIONALISME GENERASI MUDA DI ERA GLOBALISASI MELALUI PANCASILA



Di era globalisasi yang semuanya serba terbuka ini, tidak dapat dipungkiri bahwa segala jenis produk dari berbagai negara dapat dengan mudah memasuki sebuah negara termasuk kebudayaan. Indonesia sendiri sudah lama diserbu oleh produk-produk asing termasuk kebudayaan, dan hal-hal dari luar tersebut secara tidak langsung dan sedikti demi sedikit akan menghilangkan nasionalisme dan jati diri anak bangsa.



Masuknya kebudayaan asing tersebut adalah hal yang tidak dapat ditolak, karena kebudayaan mereka masuk melalui unsur-unsur seperti media cetak, TV, Internet dll yang sangat akrab dengan kehidupan generasi muda. Seperti halnya Gangnam Style dan Harlem Shake,jenis tarian yang popular akhir –akhir ini akibat media sosial Youtube.

Lantas bagaimana untuk mempertahankan jati diri bangsa yang terancam tergerus akibat maraknya invasi kebudayaan asing di era keterbukaan seperti sekarang. Tentu, sangat sulit kalau kita memakai strategi kebijakan presiden Soekarno di era Orde Lama yang melarang segala hal berbau asing seperti lagu dan film barat masuk Indonesia. Karena, selain zaman sudah berubah, rakyat juga berhak mendapatkan informasi dan hiburan yang tidak terbatas. Selain itu, negara-negara yang selama ini terkenal menutup diti seperti Kuba dan Korea Utara pun justru sudah mulai membuka diri mereka dengan meningkatkan kerjasama dengan dunia luar.

Maka, hal yang sudah pasti relevan untuk tetap mempertahankan nasionalisme dan jati diri bangsa kita adalah dengan membekali generasi muda kita dengan ideologi dan falsafah hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila.

Mengapa Pancasila ??   karena Pancasila secara tidak kita sadari adalah bagian dari dalam diri setiap bangsa Indonesia. Ketika Founding Father kita menetapkan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, para Founding Father tersebut sadar dengan kondisi masyarakat Indonesia yang majemuk, sehingga dibutuhkan azas yang bisa diterima setiap orang.

Pancasila sendiri sebenarnya adalah sinkretisme dari Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis) yang sering didengungkan presiden Soekarno di era Orde Lama. Maka, jelas kalau ideologi Pancasila bisa dianut oleh penganut faham Nasionalisme, Agama maupun Komunis/sosialis. Dengan begitu, pancasila adalah ideologi yang universal dan tidak hanya bisa dianut oleh bangsa Indonesia, tapi juga oleh bangsa lain di seluruh dunia.

Namun, Kondisi saat ini tentu berbeda dari apa yang diimpikan oleh para Founding Father negara ini.  Kita bisa lihat generasi muda kita lebih senang menghabiskan waktunya untuk hura-hura dan terjebak dalam paradigma hedonisme.

Mereka sudah tidak lagi ingat bagaimana negara ini dulu dibuat merdeka dengan susah payah oleh para Founding father. Bahkan tidak sedikit yang jauh lebih hafal nama personil boyband Korea dan bintang Hollywood ketimbang tokoh-tokoh Nasional seperti Sutan Syahrir, M. Hatta dan Tan Malaka.

Mereka pun juga selalu membangga-banggakan produk asing dan selalu memandang sebelah mata produk dalam negeri. Kita bisa lihat anak-anak muda kita yang begitu senang bisa membeli Iphone atau Blackberry tipe terbaru. Namun, ketika ada sebuah perusahaan atau anak bangsa berinovasi membuat Handphone, maka produk tersebut akan menjadi bahan olok-olokan seperti Nexian.

 Begitu juga begitu bersemangatnya mereka menonton film-film Hollywood atau Korea bahkan sampai dibela-bela menonton di hari pertama pemutaran, namun begitu malasnya mereka menonton film Indonesia karena menganggap film Indonesia tidak cukup bagus ditonton, padahal Film-film Indonesia sendiri juga banyak yang berkualitas bahkan diakui dunia Internasional seperti film Laskar Pelangi atau A Lovely Man. Namun, mereka beranggapan semua film Indonesia itu film pocong dan kuntilanak sehingga semuanya disamaratakan.

Inilah yang harus kita benahi, dimana anak bansga kita terutama generasi muda harus jauh lebih bangga dengan produk negara sendiri ketimbang produk bangsa luar. Kita bisa lihat bangsa Jepang, Korea atau India yang bisa memiliki produk menembus dunia karena warganya bangga akan produk dalam neegri, walaupun kualitasnya terkadang di bawah produk asing.

Orang India begitu bangga dengan mobil Tata ketimbang Mercedes-Benz begitupun dengan orang Korea yang lebih bangga memakai Samsung dan LG ketimbang Telepon Seluler lain seperti Nokia dan Apple. Jepang bahkan sampai menerapkan politik dumping agar bangsa mereka bangga dengan produk buatan dalam negeri.
Pancasila sebagai lambang negara
Pancasila sendiri dalam hal ini bisa digunakan sebagai media untuk meningkatkan jati diri dan nasionalisme generasi muda Indonesia. Dengan menghayati setiap makna sila-sila yang terdapat dalam pancasila maka mereka akan menjadi sadar bahwa betapa bangganya mereka sebagai bangsa Indonesia karena menemukan sebuah konsep yang bisa dianut oleh setiap manusia.

Konsep ketuhanan yang maha esa adalah konsep yang dianut kaum agamis/relijius, kemudian persatuan Indonesia yang dianut kaum Nasionalis, kemudian kerakyatan yang dipimpin secara hikmah dan bijaksana melalui permusyawaratan perwakilan dianut oleh kaum demokratis dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dianut oleh kaum komunis/sosialis. Sedang kemanusiaan yang adil dan beradab dianut oleh semua golongan tanpa kecuali.

Dengan menghayati makna dari sila tersebut, maka akan muncul kebanggaan dari diri setiap generasi muda karena bangsa mereka ternyata bukanlah bangsa yang selama ini mereka sepelekan, namun sebuah bangsa yang besar dengan sejarah yang besar. Kita tahu Bangsa Indonesia adalah bangsa yang cukup disegani oleh dunia international di kala Presiden Soekarno masih berkuasa, selain itu luas negara ini yang membentang dari Sabang sampai Merauke ternyata setara dengan luas London hingga Teheran. Sehingga, negara kita selalu tampak dipeta serta banyaknya suku bangsa dan kebudayaan membuat bangsa ini dikenal sebagai bangsa yang kaya akan budaya.

Maka dengan kesadaran tersebut, pemuda kita akan menjadi memiliki rasa bangga akan Indonesia, bahkan bisa jadi mereka akan lebih senang menggunakan produk Indonesia dengan terus berinovasi dan menciptakan sesuatu yang baru untuk negara ini. Begitupun dengan bangga akan membeli setiap hasil inovasi anak bangsa dalam bentuk apaun baik teknologi maupun seni. Semoga dengan hal ini, nasionalisme generasi muda Indonesia tetap terjaga kendati mereka terus digempur oleh produk asing di era keterbukaan ini.