Kamis, 12 Juli 2012

DINAMIKA SOSIAL DI SOMALIA


A.      Sejarah Somalia dan konfliknya
Berbicara Somalia tentu memori kita tidak akan jauh-jauh dari perang, bajak laut dan bandit. Tentu kita akan sangat penasaran dengan situasi dan kondisi di Negara yang sudah divonis sebagai Negara gagal ini.
Somalia adalah Negara yang terletak di wilayah Afrika Barat berbatasan dengan Djibouti dibarat laut, Kenya di barat daya, Teluk Aden dan Yaman di Utara, Samudera Hindia di sebelah Timur dan Ethiopia di Selatan dengan mayoritas suku disana adalah suku Samaal. Suku Samaal sendiri memiliki kesamaan budaya dan tradisi dengan suku-suku lain dikawasan tanduk Afrika seperti suku Oromo yang mendominasi 50 persen wilayah Ethiopia dan Suku Beja yang mendiami kawasan Timur Sudan.
Suku Samaal sendiri juga terbagi-bagi dalam beberapa klan. Klan-klan yang terkenal dari suku Samaal diantaranya Dir, isaq, Hawiye, Darod, Digil dan Rahawin. Kelompok ini terbagi dalam beberapa kelompok kecil lain dan sisanya adalah suku pengembara. Ciri khas dari bangsa Somalia adalah berkulit hitam, bermata hitam yang berbentuk buah persik, serta berambut lebat dan keriting.
Kota yang paling padat penduduk di Somalia adalah Mogadishu yang juga ibukota Negara tersebut dengan jumlah penduduk mencapai 700.000 jiwa. Kota-kota padat penduduk lainnya adalah Hargeysa, Kismayo, Barbera dan Marca. Total jumlah penduduk Somalia menurut sensus tahun 2008 mencapai delapan juta jiwa. Mayoritas penduduk Somalia beragam Islam dengan aliran Sunni dan juga terdapat beberapa penganut Syiah dan Salafi. Beberapa agama lain yang dianut penduduk Somalia adalah agama Kristen dan Animisme sebanyak 1,3% dari total penduduk Somalia.
Somalia sendiri adalah Negara yang hanya memiliki satu universitas di Mogadishu dan beberapa sekolah menengah di kota-kota padat penduduk. Hal ini diakibatkan karena penduduk Somalia banyak yang hidup berpindah-pindah secara nomaden, sehingga mereka jarang menepuh pendidikan secara rutin.
Kondisi sosial di Somalia memang sejak dahulu selalu diwarnai dengan perselisihan antar klan. Dimana klan yang berselisih diantaranya klan Digil dan Rahanwayn yang punya sejarah perselisihan terutama dalam urusan perdagangan dan agama. Kebanyakan perselisihan antar klan di Somalia memang disebabkan oleh perebutan lahan, sumber air dan ternak.
Ketika Somalia berhasil memperoleh kemerdekaan dari Inggris tahun 1960, negeri ini memang selalu mengalami konflik berkepanjangan dimulai dari kudeta militer yang dilakukan oleh Mohammed Siad Barre tahun 1969 hingga perang sipil yang terjadi tahun 1988 yang membuat diktator Siad Barre menggenosida kelompok pemberontak di Utara.
Ketika tentara A.S. memutuskan untuk menurunkan dan membunuh Mohammed Siad Barre tahun 1991, maka sejak saat itu Somalia berubah menjadi negeri tak bertuan yang dalam arti tidak memiliki pemimpin yang sebenarnya. Dimana pemimpin mereka saat ini adalah presiden Sharif Sheikh Muhammad sedang Perdana Manteri dijabat Abdiweli Mohammed Ali yang menjabat sebagai Pelaksana Tugas sejak 11 Juni 2011 setelah perdana menteri sebelumnya, Mohammed Abdullahi Mohammed mengundurkan diri.   
Namun, kekuasaan mereka hanyalah sebatas di wilayah Mogadishu. Sedang kawasan-kawasan lain di Somalia telah banyak yang dikuasai oleh para Warlord dan yang paling terkenal adalah kelompok milisi Al-Shabab yang menguasai sebagian besar wilayah Somalia bagian Selatan, dimana misi dari Milisi Al-Shabab ini adalah menerapkan hokum syariah Islam di seluruh kawasan Somalia.
B.      Somalia masa kini

Seperti yang dijelaskan diatas, kondisi Somalia sejak diturunkannya Siad Barre tahun 1991 berubah menjadi Negara tanpa harapan hidup. Banyak rakyat Somalia yang hidup dalam kelaparan dan kemiskinan akibat konflik berkepanjangan. Kondisi kelaparan di Somalia memaksa PBB menurunkan bantuan untuk Somalia. Namun, paranya banyak bantuan PBB yang dijarah dan kendaraan mereka ditembaki oleh milisi Al-Shabab yang tidak senang dengan kehadiran PBB disana.

Kondisi kemiskinan dan tiadanya harapan hidup banyak membuat warga Somalia memilih kabur dari negaranya. Kebanyakan dari mereka mengungsi ke negeri terdekat seperti Kenya, Ethiopia dan Yaman. Namun, sebagian juga mengungsi dengan menjadi imigran di Negara-negara Eropa seperti Swiss, Norwegia dan Perancis. UNHCR (United Nations High Commision on Refugees), badan PBB yang mengurusi masalah pengungsi mencatat terdapat 900.000 pengungsi Somalia yang menetap di Negara tetangga dan 1,3 Juta warga Somalia yang mencoba lari dari negaranya dan menjadi pengungsi.

Dengan pendapatan per kapita sekitar 333 Dollar AS menurut Bank Sentral Somalia dan kondisi Negara yang tercabik-cabik konflik berkepanjangan serta pemerintah yang silih berganti dan tidak pernah bertahan lama. PBB sudah lama menetapkan Somalia sebagai Negara gagal. Maka, dengan kondisi tersebut .

Kondisi sosial di Somalia ini banyak membuat penduduk Somalia menjadi anggota milisi pemberontak atau anggota Al-Qaeda. Selain menadi milisi banyak juga anak muda Somalia yang memilih menjadi perompak di Teluk Aden, hal ini karena mereka bisa mendapatkan keuntungan dengan menjadi perompak di Teluk Aden dengan menyandera kapal dagang asing yang sedang berlayar atau melintas di teluk tersebut.

Kebanyakan dari penduduk Somalia tersebut akhirnya banyak yang memilih menjadi perompak karena keuntungan mereka dari membajak kapal dagang yang lewat memang cukup besar. Banyak kapal-kapal dagang AS dan China yang melintasi teluk Aden membuat warga Somalia mengambil keuntungan dari arus lalu lintas tersebut dan kapal-kapal tersebut memang terpaksa melintas di teluk Aden karena apabial tidak melewati teluk Aden, maka mereka harus memutar jauh di Tanjung Harapan, Afrika Selatan yang memakan biaya sangat besar.

Kondisi social di Somalia yang seakan tanpa pemerintah memang mendukung maraknya aksi perompak. Bayangkan saja, banyak Masyarakat Somalia yang hidup dibawah 2 Dollar sehari. Namun sepanjang Januari hingga November 2008, Kegiatan Perompak di Somalia mampu menghasilkan keuntungan diatas 30 Juta Dollar AS dan hal ini membuat banyak pemuda di Somalia yang semula miskin bisa berubah menjadi kaya raya.
Disamping bisnis yang menguntungkan, krisis pangan berkepanjangan memang membuat banyak warga Somalia yang frustasi dan pada akhirnya memilih menjadi perompak karena dianggap sebagai solusi. WFP sendiri selaku badan PBB yang bertanggungjawab mengatasi masalah pangan di Somalia mengaku kesulitan untuk memberikan bantuan pangan kepada rakyat Somalia karena selain keterbatasan akses yang diakibatkan perang berkepanjangan, banyak bantuan mereka yang justru dibajak oleh gerilyawan dan milisi yang berperang, maka hal ini membuat WFP tidak punya pilihan selain meninggalkan masyarakat Somalia dalam bencana kelaparan.
Namun, kondisi perompakan di Teluk Aden sendiri bermula dari kesadaran rakyat Somalia yang merasa ikan di laut mereka banyak yang dicuri oleh nelayan asing yang memanfaatkan konflik di Negara Somalia.Banyak nelayan-nelayan local yang tewas dibunuh oleh kapal-kapal nelayan asing tersebut yang kebanyakan dari AS dan Eropa. Yang pada akhirnya memicu perlawanan dari nelayan lokal Somalia untuk membajak kapal-kapal Nelayan asing, terutama setelah Tsunami tahun 2004 yang mengakibatkan banyak warga Somalia tewas akibat sisa racun nuklir yang dibuang oleh kapal-kapal asing tersebut. Kemudian lama-lama berubah menjadi pembajakan kapal dagang asing yang melintas di Teluk Aden.
Maka, permasalahan social di Somalia yang cukup besar ini memang harus segera diselesaikan. Negara-negara lain seperti AS dan china serta PBB harus segera mengatasi masalah kemiskinan di Somalia dengan tuntas, bukan hanya mengirim kapal perang USS Cole, karena masalah di Somalai ini tidak bisa diselesaikan sendiri, apalagi AS juga turut andil membuat Somalia menjadi Negara gagal tak bertuan seperti saat ini, maka pendekatan yang halus serta penyelesaian masalah secara radikal harus menjadi kunci penyelesaian bukan melalui kapal perang.

Tidak ada komentar: