Senin, 02 September 2013

PSSI Yang Masih Terus Mengejar Impian

Akhir-akhir ini prestasi sepakbola nasional cenderung menurun, mulai dari Timnas Indonesia yang gagal di AFF Cup sampai Klub Liga Indonesia yang mengancam mundur akibat kekurangan dana, namun PSSI punya alasan sendiri mengenai Klaim ini. Bapak Asep Saputra, staf direktorat media PSSI menjawab pertanyaan ini dengan menyatakan bahwa acuan prestasi tidaklah harus juara. Ia mencontohkan Inggris yang memiliki Liga terbaik di dunia, namun tidak pernah menjadi juara eropa dan hanya sekali menjadi juara dunia tahun 1966. Karena itu, walau Indonesia saat ini selalu gagal menjadi juara di setiap turnamen. Namun, setidaknya peringkat Liga Indonesia saat ini adalah yang terbaik di Asia Tenggara dan Nomor 11 di Asia, hal inilah yang menyebabkan Indonesia mendapat jatah 1 ½ di Liga Champion Asia. Pak Asep kembali menerangkan bahwa Walau saat ini masih belum 100% professional, namun PSSI akan terus meningkatkan kualitas liganya, yaitu dengan menargetkan tahun 2011 nanti, seluruh kontestan Liga Super harus mempunyai Stadion sendiri dan jaminan keuangan yang sehat untuk mengikuti jalannya kompetisi selama satu musim. saat ini, PSSI memang masih longgar dengan membiarkan klub-klub yang masih belum memenuhi syarat ikut serta, namun tahun 2011 nanti, apabila salah satu aspek tak terpenuhi, maka jangan harap Klub bersangkutan dapat ikut kompetisi Liga Super Indonesia. Ketika disinggung mengenai hasil Timnas di dua pertandingan Pra-Piala Asia, Pak Asep menerangkan bahwa hasil pertandingan tersebut sudah cukup memuaskan, walau secara permainan timnas masih buruk. Namun, ia memberi penjelasan bahwa Oman adalah juara Piala Teluk yang mengalahkan Raksasa Timur tengah seperti Uni Emirat Arab dan Arab Saudi. Sedangkan Australia walau tidak diperkuat pemain kelas dunia mereka seperti Mark Viduka atau Tim Cahill. Namun, pemain Mereka tetap pemain nomor satu. "Jangan Lupa, kalau Liga Australia itu liga yang Professional, bahkan salah satu klubnya lolos ke Final Liga Champion Asia, sehingga menahan imbang mereka adalah suatu hasil yang memuaskan." Pak Asep juga menambahkan bahwa Dengan materi pemain Lokal tiga tahun lalu, timnas kalah 0-3. Namun, saat ini ada peningkatan dengan menahan imbang 0-0. Sedang, Bapak Yosef Tor Tulis, Planning & Media Director PSSI menyatakan bahwa prestasi timnas saat ini memang sulit berkembang. ia menyatakan, bahwa Faktor kunci kesuksesan timnas adalah Klub. Klub yang hebat akan menghasilkan kompetisi yang hebat dan Kompetisi yang hebat akan menghasilkan timnas yang hebat. Ia mencontohkan inggris yang memiliki Liga terhebat di dunia dengan Klub-klub hebat seperti Manchester United dan Arsenal, sehingga timnas mereka bisa bagus. Saat ini, Indonesia memang memiliki klub hebat seperti Persija, Persitara atau Pelita Jaya. Namun, kehebatan klub tersebut baru pada level Nasional, belum International. Sehingga kita masih kesulitan untuk membentuk timnas hebat yang mampu menyaingi Timnas Inggris atau Italia. "Tidak Mungkin kita menyamakan Persija dengan AC Milan, sehingga tidak mungkin menyamakan Timnas Indonesia dengan Timnas Italia.." Bapak Yosef menyatakan bahwa ada 3 faktor yang membuat Timnas Indonesia sulit berkembang, ketiga factor tersebut yang pertama adalah Bahan Mentah, ia menyatakan bahwa bahan mentah di Indonesia memang hampir bisa dibilang kurang berkualitas, sehingga walaupun kita mengontrak Fabio Capello sekalipun untuk melatih Timnas, tetap timnas tidak akan maju, karena memang bahan baku pemainnya yang kurang baik. Faktor kedua adalah Pelatnas, ia menyatakan bahwa Pelatnas kita saat ini kurang efektif karena setiap kali menjelang pertandingan besar, uji coba yang dilakukan timnas hanya melawan tim local atau seleksi pemain asing. "kalau ingin bertanding dengan Arab Saudi atau Jepang, jangan beruji Coba dengan Persita Tangerang, kalau ingin melawan Saudi, kita bisa bertanding melawan Oman atau Tim dari Timur Tengah lain yang tipe permainannya sama, sedang kalau melawan Jepang, kita bisa bertanding melawan Klub J-league atau K-League.". Selain itu, pembinaan usia dini juga sudah mulai dilakukan dengan pembentukan Liga Medco dan pengiriman pemain U-16 Ke Uruguay untuk jangka panjangnya. Faktor Ketiga adalah Budaya, Pak Yosef kembali menerangkan bahwa Budaya di Indonesia yang cenderung negative memang banyak dianut pemain sepakbola. Karena itu, PSSI sering melakukan kegiatan pelatnas di Luar Negeri seperti Primavera di Italia, U-23 di Belanda dan saat ini U-16 di Uruguay. Tujuannya tak lain adalah agar Budaya negative Indonesia seperti makanan yang kurang sehat seperti Bakso bisa dihindari pemain timnas. Karena factor penting untuk seorang pemain sepakbola bukan hanya skill dan teknik, tapi juga Fisik dan asupan Gizi yang cukup. Bahkan, di Uruguay ada seorang pemain timnas yang dinyatakan gagal ikut kompetisi hanya karenga giginya ompong satu. harapannya dengan dijauhkan dari budaya negative Indonesia ini, pemain Indonesia mampu memiliki pola pikir seperti pemain dunia, rencananya setelah mengikuti pelatnas di Uruguay ini, para pemain timnas U-16 ini akan dititipkan di Liga Brazil atau Eropa sehingga jauh dari budaya Indonesia yang negative. Faktor Budaya yang negative ini memang sangat mempengaruhi Timnas, Ia mencontohkan seorang Pelatih tidak objektif di Indonesia yang bisa saja menyingkirkan pemain yang hebat namun, karena peltih tersebut kurang suka dengan sifatnya, sehingga pemain tersebut disingkirkan. Faktor Budaya ini juga yang membuat Kurniawan gagal bermain Di Sampdoria. Karena terbiasa dengan teman-teman di Wisma Indonesia-nya saat memperkuat FC Luzern, maka ketika memperkuat Sampdoria. Kurniawan langsung tidak kuat dan kabur ketika disajikan latihan yang berat di Sampdoria. Harapan ke depan dari Bapak Asep maupun Bapak Yosef terhadap prestasi Timnas sendiri tidak jauh-jauh dari keinginan mereka untuk melihat timnas berprestasi lagi seperti ketika Lolos ke Piala Dunia 1938 atau Menahan Uni Soviet 0-0 di Olimpiade 1956. Diharapkan dengan rencana Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022, prestasi Timnas juga ikut meningkat. apalagi saat ini PSSI sudah merencanakan pembinaan jangka panjang dengan terus menggelar kompetisi remaja seperti Liga medco. dan Rencananya, dalam waktu dekat ini, PSSI akan meluncurkan Liga Pendidikan Indonesia yang sistemnya meniru NCAA (National College Athletic Association) di Amerika, sehinga pemain timnas nanti tidak hanya jago bermain bola, namun memiliki wawasan yang luas. demikianlah harapan kedua insane sepakbola ini terhadap Timnas Indonesia, semoga sepakbola Indonesia bisa berjaya kembali. (Kharizma Ahmada) (NB: Tulisan ini dimuat di Majalah Diamma edisi II tahun 2009)

Tidak ada komentar: