A.
Sejarah Somalia dan konfliknya
Berbicara Somalia tentu memori kita tidak akan jauh-jauh
dari perang, bajak laut dan bandit. Tentu kita akan sangat penasaran dengan
situasi dan kondisi di Negara yang sudah divonis sebagai Negara gagal ini.
Somalia adalah Negara yang terletak di wilayah Afrika Barat
berbatasan dengan Djibouti dibarat laut, Kenya di barat daya, Teluk Aden dan
Yaman di Utara, Samudera Hindia di sebelah Timur dan Ethiopia di Selatan dengan
mayoritas suku disana adalah suku Samaal. Suku Samaal sendiri memiliki kesamaan
budaya dan tradisi dengan suku-suku lain dikawasan tanduk Afrika seperti suku
Oromo yang mendominasi 50 persen wilayah Ethiopia dan Suku Beja yang mendiami
kawasan Timur Sudan.
Suku Samaal sendiri juga terbagi-bagi dalam beberapa klan.
Klan-klan yang terkenal dari suku Samaal diantaranya Dir, isaq, Hawiye, Darod,
Digil dan Rahawin. Kelompok ini terbagi dalam beberapa kelompok kecil lain dan
sisanya adalah suku pengembara. Ciri khas dari bangsa Somalia adalah berkulit
hitam, bermata hitam yang berbentuk buah persik, serta berambut lebat dan
keriting.
Kota yang paling padat penduduk di Somalia adalah Mogadishu
yang juga ibukota Negara tersebut dengan jumlah penduduk mencapai 700.000 jiwa.
Kota-kota padat penduduk lainnya adalah Hargeysa, Kismayo, Barbera dan Marca.
Total jumlah penduduk Somalia menurut sensus tahun 2008 mencapai delapan juta
jiwa. Mayoritas penduduk Somalia beragam Islam dengan aliran Sunni dan juga
terdapat beberapa penganut Syiah dan Salafi. Beberapa agama lain yang dianut
penduduk Somalia adalah agama Kristen dan Animisme sebanyak 1,3% dari total
penduduk Somalia.
Somalia sendiri adalah Negara yang hanya memiliki satu
universitas di Mogadishu dan beberapa sekolah menengah di kota-kota padat penduduk.
Hal ini diakibatkan karena penduduk Somalia banyak yang hidup berpindah-pindah
secara nomaden, sehingga mereka jarang menepuh pendidikan secara rutin.
Kondisi sosial di Somalia memang sejak dahulu selalu
diwarnai dengan perselisihan antar klan. Dimana klan yang berselisih
diantaranya klan Digil dan Rahanwayn yang punya sejarah perselisihan terutama
dalam urusan perdagangan dan agama. Kebanyakan perselisihan antar klan di
Somalia memang disebabkan oleh perebutan lahan, sumber air dan ternak.
Ketika Somalia berhasil memperoleh kemerdekaan dari Inggris
tahun 1960, negeri ini memang selalu mengalami konflik berkepanjangan dimulai
dari kudeta militer yang dilakukan oleh Mohammed Siad Barre tahun 1969 hingga
perang sipil yang terjadi tahun 1988 yang membuat diktator Siad Barre
menggenosida kelompok pemberontak di Utara.
Ketika tentara A.S. memutuskan untuk menurunkan dan membunuh
Mohammed Siad Barre tahun 1991, maka sejak saat itu Somalia berubah menjadi negeri
tak bertuan yang dalam arti tidak memiliki pemimpin yang sebenarnya. Dimana
pemimpin mereka saat ini adalah presiden Sharif Sheikh Muhammad sedang Perdana
Manteri dijabat Abdiweli Mohammed Ali yang menjabat sebagai Pelaksana Tugas
sejak 11 Juni 2011 setelah perdana menteri sebelumnya, Mohammed Abdullahi
Mohammed mengundurkan diri.
Namun, kekuasaan mereka hanyalah sebatas di wilayah
Mogadishu. Sedang kawasan-kawasan lain di Somalia telah banyak yang dikuasai
oleh para Warlord dan yang paling terkenal adalah kelompok milisi Al-Shabab yang
menguasai sebagian besar wilayah Somalia bagian Selatan, dimana misi dari
Milisi Al-Shabab ini adalah menerapkan hokum syariah Islam di seluruh kawasan
Somalia.
B.
Somalia masa kini
Seperti yang dijelaskan diatas, kondisi Somalia sejak
diturunkannya Siad Barre tahun 1991 berubah menjadi Negara tanpa harapan hidup.
Banyak rakyat Somalia yang hidup dalam kelaparan dan kemiskinan akibat konflik
berkepanjangan. Kondisi kelaparan di Somalia memaksa PBB menurunkan bantuan
untuk Somalia. Namun, paranya banyak bantuan PBB yang dijarah dan kendaraan
mereka ditembaki oleh milisi Al-Shabab yang tidak senang dengan kehadiran PBB
disana.
Kondisi kemiskinan dan tiadanya harapan hidup banyak membuat
warga Somalia memilih kabur dari negaranya. Kebanyakan dari mereka mengungsi ke
negeri terdekat seperti Kenya, Ethiopia dan Yaman. Namun, sebagian juga
mengungsi dengan menjadi imigran di Negara-negara Eropa seperti Swiss, Norwegia
dan Perancis. UNHCR (United Nations High Commision on Refugees), badan PBB yang
mengurusi masalah pengungsi mencatat terdapat 900.000 pengungsi Somalia yang
menetap di Negara tetangga dan 1,3 Juta warga Somalia yang mencoba lari dari
negaranya dan menjadi pengungsi.
Dengan pendapatan per kapita sekitar 333 Dollar AS menurut
Bank Sentral Somalia dan kondisi Negara yang tercabik-cabik konflik
berkepanjangan serta pemerintah yang silih berganti dan tidak pernah bertahan
lama. PBB sudah lama menetapkan Somalia sebagai Negara gagal. Maka, dengan
kondisi tersebut .
Kondisi sosial di Somalia ini banyak membuat penduduk
Somalia menjadi anggota milisi pemberontak atau anggota Al-Qaeda. Selain menadi
milisi banyak juga anak muda Somalia yang memilih menjadi perompak di Teluk
Aden, hal ini karena mereka bisa mendapatkan keuntungan dengan menjadi perompak
di Teluk Aden dengan menyandera kapal dagang asing yang sedang berlayar atau
melintas di teluk tersebut.
Kebanyakan dari penduduk Somalia tersebut akhirnya banyak
yang memilih menjadi perompak karena keuntungan mereka dari membajak kapal
dagang yang lewat memang cukup besar. Banyak kapal-kapal dagang AS dan China
yang melintasi teluk Aden membuat warga Somalia mengambil keuntungan dari arus
lalu lintas tersebut dan kapal-kapal tersebut memang terpaksa melintas di teluk
Aden karena apabial tidak melewati teluk Aden, maka mereka harus memutar jauh
di Tanjung Harapan, Afrika Selatan yang memakan biaya sangat besar.
Kondisi social di Somalia yang seakan tanpa pemerintah
memang mendukung maraknya aksi perompak. Bayangkan saja, banyak Masyarakat
Somalia yang hidup dibawah 2 Dollar sehari. Namun sepanjang Januari hingga
November 2008, Kegiatan Perompak di Somalia mampu menghasilkan keuntungan
diatas 30 Juta Dollar AS dan hal ini membuat banyak pemuda di Somalia yang
semula miskin bisa berubah menjadi kaya raya.
Disamping bisnis yang menguntungkan, krisis pangan
berkepanjangan memang membuat banyak warga Somalia yang frustasi dan pada
akhirnya memilih menjadi perompak karena dianggap sebagai solusi. WFP sendiri
selaku badan PBB yang bertanggungjawab mengatasi masalah pangan di Somalia
mengaku kesulitan untuk memberikan bantuan pangan kepada rakyat Somalia karena
selain keterbatasan akses yang diakibatkan perang berkepanjangan, banyak
bantuan mereka yang justru dibajak oleh gerilyawan dan milisi yang berperang,
maka hal ini membuat WFP tidak punya pilihan selain meninggalkan masyarakat
Somalia dalam bencana kelaparan.
Namun, kondisi perompakan di Teluk Aden sendiri bermula dari
kesadaran rakyat Somalia yang merasa ikan di laut mereka banyak yang dicuri
oleh nelayan asing yang memanfaatkan konflik di Negara Somalia.Banyak
nelayan-nelayan local yang tewas dibunuh oleh kapal-kapal nelayan asing
tersebut yang kebanyakan dari AS dan Eropa. Yang pada akhirnya memicu
perlawanan dari nelayan lokal Somalia untuk membajak kapal-kapal Nelayan asing,
terutama setelah Tsunami tahun 2004 yang mengakibatkan banyak warga Somalia
tewas akibat sisa racun nuklir yang dibuang oleh kapal-kapal asing tersebut. Kemudian
lama-lama berubah menjadi pembajakan kapal dagang asing yang melintas di Teluk
Aden.
Maka, permasalahan social di Somalia yang cukup besar ini
memang harus segera diselesaikan. Negara-negara lain seperti AS dan china serta
PBB harus segera mengatasi masalah kemiskinan di Somalia dengan tuntas, bukan
hanya mengirim kapal perang USS Cole, karena masalah di Somalai ini tidak bisa
diselesaikan sendiri, apalagi AS juga turut andil membuat Somalia menjadi
Negara gagal tak bertuan seperti saat ini, maka pendekatan yang halus serta
penyelesaian masalah secara radikal harus menjadi kunci penyelesaian bukan
melalui kapal perang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar