Sejak
berdiri tahun 1931, Panti Asuhan Muslimin sudah mendidik dan menampung
anak-anak tidak mampu baik mereka yang memang tidak mampu secara ekonomi maupun
mereka yang berasal dari keluarga broken
Menurut
Bapak Sarwono selaku ketua panti Muslimin, Panti ini sudah berdiri sejak tahun
1931 dimana pada mulanya bernama “Sarekat Isteri Jacatra” (S-1-J). Serikat ini
pada awalnya bertujuan untuk meningkatkan harkat serta martabat Indonesia yang
berdiri pada tanggal 18 Mei 1930. Lalu pada tanggal 10 Juni 1931, Ibu Siti
Zahra Goenawan selaku Ketua Pengurus S-1-J memprakarsai pertemuan dengan
beberapa tokoh Islam pada waktu itu yang menghasilkan keputusan yaitu membentuk
pengurus untuk suatu badan yang kemudian pada tanggal 10 Juli 1931, badan itu
bernama Rumah Piatu Muslimin (RPM).
Pada
tanggal 6 Agustus 1931 mendapat pengesahan dan pengukuhan lembaga RPM didepan
notaris MR. Adrian Hendrik van Ophuysen dengan akte no. 19 dan baru 55 tahun
kemudian, pemerintah Republik Indonesia mengukuhkan Rumah Piatu Muslimin sebagai
organisasi social tingkat provinsi melalui surat keputusan menteri social RI
no. 113/KPTS/BBS/VII/86.
Awal
mula panti ini berdiri karena ibu S.Z. Gunawan ingin membuat suatu tempat
penampungan bagi anak-anak terlantar pribumi karena pada saat itu, tempat-tempat
penampungan hanya terbatas bagi anak-anak Indo dan non-pribumi. Ibu S.Z.
Gunawan juga ingin berbuat sesuatu bagi anak-anak Indonesia yang miskin dan
terlantar guna membuka harapan dan masa depan mereka.
Pada
masa sekarang, tujuan ibu S.Z. Gunawan kembali diteruskan oleh penerusnya yaitu
dr. Sarsanto W. Sarwono selaku ketua Pembina yayasan dan ibu Hajjah Sophie
Sarwono selaku ketua pengurus dan dalam kurun waktu 70 tahun, Lembaga Rumah
Piatu Muslimin telah mengembangkan usaha-usaha dibidang kesejahteraan sosial
diantaranya Panti Asuhan Muslimin yang sekarang disebut Panti Penyantunan Anak
(PPA) Yaitu sebuah usaha di bidang kesejahteraan anak terlantar, Wisma Tuna
Ganda – Palsigunung yaitu usaha di bidang kesejahteraan anak menyandang cacat
dan perguruan Islam Muslimin yang bergerak di bidang pendidikan.
Jumlah
penghuni Rumah Piatu Muslimin saat ini berjumlah 45 orang. Menurut bapak
Sarwono, pihaknya hanya membatasi jumlah kapasitas anak yang ditampung sebanyak
60 orang. Hal ini karena keterbatasan tempat. Namun, kami tetap membuka
kesempatan bagi anak-anak yang tidak mampu sekolah dengan hanya membayar uang
sekolah sebesar Rp.10.000 di SMP terbuka. Selain itu, bila ada anak yang bsia
lolos SNMPTN maka akan kami bantu pembiayaannya. Namun, jarang dari mereka yang
tertarik untuk kuliah karena kebanyakan anak-anak didikan panti ini yang
sekolah SMK sudah mendapatkan pekerjaan ketika mereka lulus.
Untuk
pembiayaan operasional, menurut bapak Sarwono, pihaknya dibantu oleh Dinas
Sosial Kementerian Sosial juga para donator. Menurut bapak Sarwono, Dinas
Sosial membantu memberikan sumbangan sebesar Rp.3000 per hari dimana itu sudah
termasuk ongkos dan subsidi. Namun, walaupun kecil, setidaknya ini menenjukkan
kepedulian pemerintah melalui dinas social terhadap Rumah Piatu Muslimin.
Namun, sumbangan dari donator lain juga tidak kalah besar. Salah satunya dari
yayasan Dharmais yang menyumbang sebesar Rp. 6 Juta per-triwulan.
Menurut
bapak Sarwono, mendidik anak-anak disini tidaklah mudah karena lingkungan yang
tidak mendukung, dimana hanya beberapa meter dari panti tersebut di gedung
bioskop banyak terjadi transaksi narkoba dan bila tidak dijaga maka anak-anak
dari panti tersebut dapat dijadikan kurir narkoba karena bayaran sebagai kurir
cukup besar yaitu Rp.100.000 sekali antar. Dimana dahulu sering terjadi
kejadian dimana anak-anak di panti ini dijadikan kurir karena begitu mudahnya
orang-orang luar melalui pedagang gerobak masuk.
“Bahkan
ada kejadian pembunuhan di gerobak pun, kami tidak tahu.” Kata bapak sarwono
Namun,
keadaan tersebut saat ini sudah jarang ditemui karena penjagaan yang ketat dari
satpam dan hubungan baik kami dengan masyarakat di kampung belakang, dimana
banyak dari mereka yang bersekolah di SMP terbuka dan kami ajak apabila ada
acara buka puasa bersama di bulan Ramadhan.
Fasilitas
di rumah piatu Muslimin ini mencakup Sekolah Dasar, SMP terbuka, lapangan
olahraga, perpustakaan, poliklinik, bengkel latihan kerja, sanggar
kesenian, lab computer, Mushola, aula,
koperasi anak asuh dan asrama tempat tinggal. jumlah buku di perpustakaan rumah
piatu Muslimin juga cukup banyak dan tidak hanya sekedar buku pelajaran namun
juga buku-buku lain. Dimana wartawan Info Societa menemui beberapa buku komik
Lucky Luke dan buku-buku lain.
Menurut
Bapak Supriyadi selaku penanggungjawab Perpustakaan, Buku-buku yang diterima
dari sumbangan donator akan diseleksi lagi berdasarkan tahun ajaran dan layak
tidaknya, sehingga anak-anak dapat membaca bacaan yang layak.
Di
rumah piatu ini, anak-anak yang tinggal tidak boleh diadopsi karena latar
belakang mereka adalah keluarag broken home sehingga mereka hanya boleh keluar
apabila diambil lagi oleh orang tuanya atau dipindahkan ke panti social lain.
Prosedur
penerimaan anak dipanti ini yaitu penerimaan dilakukan atas rekomendasi dinas
social kemudian orang tua/wali dapat menghubungi dinas sosial DKI Jakarta yang
akan ditindaklanjuti oleh petugas social untuk membawa studi kasus mengenai
anak dan keluarga sebagai bahan rekomendasi. Penerimaan lebih diutamakan bagi
anak yang benar-benar membutuhkan pertolongan dan juga berdasarkan kelengkapan
persyaratan administrasi yang dibutuhkan.
Menurut
Reza, salah satu penghuni Panti, dirinya sangat bahagia tinggal di Rumah Piatu
Muslimin karena disini mereka diperlakukan dengan kasih saying yang mungkin
tidak didapatkan dirumahnya. Reza yang sudah tiga tahun tinggal dipanti dan
berasal dari Bekasi merasa teman-temannya dip anti ini sudah seperti saudara.
Sedangkan
Diki, penghuni lainnya yang berasal dari jakarta juga senang bisa berada di rumah
piatu Muslimin karena diperlakukan secara layak dan Fani, penghuni putri asal
Banjarnegara, Jawa Tengah juga merasa senang bisa tinggal dipanti ini, karena
selain ayahnya yang sudah meninggal, ibunya juga tidak mampu menyekolahkan fani
sehingga ia ia senang bisa bersekolah di SD panti ini.
Dapat
diambil kesimpulan bahwa anak-anak yang hidup dipanti merasa senang dan bahagia
bisa menemukan keluarga barunya di Rumah Piatu Muslimin. Sehingga pemerintah
memang sudah selayaknya memperhatikan mereka. Karena mereka juga bagian dari
masyarakat Indonesia dan pemerintah sudah berkewajiban mewujudkan salah satu
tujuan Millennium Development Goals (MDGs) yaitu penuntasan kemiskinan secara
radikal. (Tulisan Kharizma Ahmada Foto : Martinus Leonard)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar