Rabu, 23 Januari 2013

Diplomasi Perdamaian Israel - Palestina



Israel dan Palestina adalah dua negara yang terus berkonflik hingga 1948 hingga saat ini. Dan konflik kedua negara ini diperkirakan akan berlangsung lama. Berbagai perundingan suadah mereka lalui. Mulai dari Partition Plan 1947 hingga Annapolis, namun tidak ada satupun yang mampu menemukan titik temu dari masalah dua negara tersebut. Akar mula dari permasalahan ini adalah ketika menlu Inggris, James Balfour pada tahun 1917 memutuskan untuk mendirikan sebuah wilayah Yahudi di wilayah Arab, hal yang ditentang oleh negara Arab.
Namun paham Zionis yang berkembang membuat ribuan umat Yahudi dari pelosok Eropa mendatangi tanah Palestina paska Perang Dunia II dengan harapan bahwa tanah di Palestina adalah tanah yang dijanjikan oleh Tuhan. Namun, hal ini tentu saja ditolak bansga Arab. Apalagi kedatanagn bangsa Yahudi tersebut membuat ribuan warga Palestina mengungsi dan terusir dari negaranya sendiri.
PBB Sendiri sebenarnya sempat mengeluarkan solusi yang cukup adil yaitu dengan membagi wilayah tersebut dalam dua bagian dengan Jerrusalem yang menjadi pusat konflik sebagai kota International. Namun, partition Plan ini tidak pernah berjalan, pasalnya tiga hari kemudian Israel justru mendeklarasikan berdirinya negara Israel dengan David Ben Gurion sebagai presidennya.
Pendirian negara Israel ini sendiri memancing kemarahan negara-negara Arab yang kemudian mendeklarasikan perang pada tahun 1948 – 1967 yang dimenangi Israel dengan bantuan Amerika Serikat.
Namun, walaupun sampai hari ini belum ada kesepakatan damai antara kedua negara. Sudah banyak berbagai perundingan yang dilaksanakan oleh kedua negara. Perundingan pertama yang dilaksanakan adalah Konferensi Madrid tahun 1991 yang juga menjadi perundingan pertama antara kedua negara yang difasilitasi pemerintah Spanyol serta didukung A.S. dan Uni Sovyet.
Dalam proses negosiasi ini, Israel membuat Revokasi dari Resolusi PBB no. 3379 sebagai partisipasi mereka dalam konferensi sebagai kelanjutan dari resolusi no.46/86. Israel sendiri menyatakan konferensi ini sangat penting, karena apabila Israel berhasil berdamai dengan palestina maka akan berpengaruh terhadap hubungan diplomatik mereka dengan negara lain terutama negara Muslim dan Timur Tengah.
Namun perundingan yang dimaksudkan dengan baik ini berjalan dengan alot dan pada akhirnya tidak menghasilkan apa-apa selain kekecewaan dari kedua belah pihak baik Israel maupun Palestina. Namun walau tidak menghasilkan apa-apa, Sekretaris negara Amerika Serikat, James Baker memandang positif konferensi ini sebagai langkah awal menuju perdamaian di Timur Tengah.
Namun dua tahun kemudian perundingan damai kedua negara kembali dilakuakn di Oslo dengan nama Oslo Accord 1993. Dalam perundingan Oslo tersebut pimpinan PLO Yasser Arafat dan PM Israel, Yitzhak Rabin hadir difasilitasi oleh Bill Clinton.
Dalam kesepakatan ini kedua negara sepakat untuk berdamai dan mengakui kedaulatan masing-masing. Israel akan mengakui PLO sebagai otoritas berkuasa di Palestina serta mengizinkan Yasser Arafat kembali ke Tepi Barat, serta menghilangkan kekerasan diantara kedua belah pihak. Namun, perjanjian yang sudah bagus dan damai ini justru dirusak oleh kelompok ekstrim kanan Israel yang sangat Zionis. Pada akhirnya kesepakatn ini tidak berjaan bahkan PM Yitzhak Rabin harus tewas ditangan Ekstremis Yahudi karena menyetujui kesepaktan ini. Sehingga perundingan yang sudah berjalan terpaksa batal karena arogansi Parlemen Israel yang rata-rata menganut paham Zionis.
 Mandeknya Oslo Accord ini kemudian berlanjut ke Protokol Hebron pada tahun 1997. Protokol ini sendiri dibagi dalam 5 segmen. Yaitu :
1.      The Agreed Minute of January 7, 1997
2.      The Note for the Record of January 15, 1997
3.      The actual Protocol Concerning the Redeployment in Hebron of January 17, 1997
4.      A Letter to be provided by US Secretary of State Warren Christopher to Benjamin Netanyahu at the time of signing of the Hebron Protocol on January 17, 1997
5.      An Agreement on Temporary International Presence in Hebron (TIPH) on January 21, 1997
Dalam perundingan ini, Israel berkonsentrasi pada masalah pembebasan tahanan serta pembagian batasan wilayah. Serta menuntut wilayah yang lebih luas. Sedang PLO yang mewakili Palestina meminta kelanjutan dari palestina Charter serta pengurangan tingkat kekerasan yang dilakukan oleh Israel.
Setelah Protokol Hebron. Perundingan dilanjutkan pada tahun 2000 bertempat di Camp David, A.S. tempat dimana Israel melaksanakan perjanjian damai dengan Mesir. Dimana, diharapkan masalah Israel – Palestina akan selesai layaknya masalah Israel – Mesir. Dalam negosiasi ini, Israel diwakili PM Ehud Barak, sedang PLO Diwakili Yasser Arafat dan Amerika Serikat memediasi diwakili Presiden Bill Clinton.
Yang menjadi topic bahasan dalam Camp David Summit ini menyangkut empat hal yaitu :
1.      Teritorial
2.      Jerrusalem dan Temple Mount
3.      Pengungsi dan hak untuk kembali
4.      Perhatian terhadap keamanan Israel
Namun, lagi-lagi kesepakatan ini menemui jalan buntu karena baik Israel maupun Palestina sama-sama tidak mencapai titik kepuasan sendiri. Palestina merasa kurang mengeai Masalah Teritori dimana mereka hanay diberikan wilayah yang hingga saat ini hanya Tepi Barat dan Gaza. Sedang Israel menginginkan wilayah lebih. Barak menawarkan Palestina 91% wilayah Jalur Gaza dan Tepi Barat plus control atas jerrusalem Timur yang akan menjadi ibukota mereka.Namun Palestina menuntut perbatasan seperti sebelum tahun 1967, dimana ketika itu wilayah Palestina berjumlah 2 kali lipat wilayah yang ditawarkan Israel. Namun, Menlu Israel Shlomo Ben Ami menolak perbatasan seperti sebelum 1967, karena meraa Israel berhak atas teritori yang lebih. Dan mandeknya perundingan ini, membuat Bill Clinton menyalahkan Arafat dengan ucapan bahwa Arafat menolak perdamaian.
Namun kendati gagal menemukan titik temu perdamaian setidaknya ada beberapa poin yang berhasil dicapai. Yaitu :
1.Kedua belah pihak sepakat bahwa tujuan negosiasi mereka adalah untuk mengakhiri dekade konflik dan mencapai perdamaian yang adil dan abadi.
 2. Kedua belah pihak berkomitmen untuk melanjutkan upaya mereka untuk mencapai kesepakatan tentang semua isu status permanen secepat mungkin.
 3. Kedua belah pihak sepakat bahwa perundingan berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan PBB 242 dan 338 adalah satu-satunya cara untuk mencapai suatu perjanjian dan mereka berjanji untuk menciptakan lingkungan untuk negosiasi bebas dari tekanan, intimidasi dan ancaman kekerasan.                                     4. Kedua belah pihak memahami pentingnya menghindari tindakan sepihak bahwa sebelum memeriksa hasil negosiasi dan bahwa perbedaan mereka akan diselesaikan hanya dengan negosiasi itikad baik.
5. Kedua belah pihak sepakat bahwa Amerika Serikat tetap menjadi mitra penting dalam mencari perdamaian dan akan terus berkonsultasi erat dengan Presiden Clinton dan Sekretaris Albright pada periode ke depan.
                Setidaknya dengan tercapainya hal diatas ada itikad dari kedua belah pihak untuk menyelesaikan konflik dengan jalan damai, walau pemerintah Zionis sendiri dengan egonya menolak apa ayng sudah diperjanjikannya.
                Perundingan kemudian dilanjutkan dengan pertemuan di Taba, Mesir yangdisebut sebagai Taba Summit pada tanggal 21 – 27 Januari 2001. Masalah yang dibahas dalam perundingan Taba sendiri tidak jauh berbeda mulai dari teritori, pengungsi hingga keamanan.
                Pertemuan ini sendiri menghasilkan beberapa hal yang pada akhirnya dijadikan landasan pada pertemuan berikutnya, yaitu :
# Yerusalem: negosiator Israel disampaikan kepada Palestina gagasan untuk menciptakan sebuah rezim internasional khusus untuk "Cekungan suci" - sebuah daerah termasuk Kota Tua dan beberapa daerah di luar tembok termasuk makam Bukit Zaitun. Palestina menolak proposal itu, bersikeras pada kedaulatan Palestina sebagai gantinya.

# Wilayah dan permukiman: Israel mengurangi tuntutannya sampai 6% dengan kompensasi teritorial yang akan mengimbangi sekitar 3%, sedangkan Palestina mengusulkan pencaplokan Israel dari sekitar 3% bersama dengan kompensasi teritorial jumlah yang sama. Usulan Israel akan memberi Palestina sekitar 97% dari luas tanah Tepi Barat, tapi tidak ada kesepakatan akhir.

# Pengungsi komite: pengungsi Arab dari Israel dan jumlah yang sama pengungsi Yahudi dipaksa keluar dari negara-negara Arab, masalah dating kembali ke 1948 Perang Arab-Israel. Menteri Kehakiman Israel Yossi Beilin melaporkan bahwa perunding Palestina Nabil Sha'ath, mencapai kesepakatan mengenai hak Palestina Ahmed Qurei kembali namun bersikeras pada Palestina 'Hak Kembali.
                Mentoknya perundingan membuat perundinga nkembali dilanjutan pada tahun 2007 di Annapolis, dimana kondisinya saat itu sudah berubah pada masa itu, Hamas, kelompok Radikal di Palestina memenangi Pemilu. Dimana Hamas sangat menolak bentuk negosiasi apapun dengan Palestina. Perwakilan Palestina di pertemuan Annapolis sendiri adalah PM Palestina versi Fatah, Mahmoud Abbas bukan Ismail Haniyah yang merupakan PM Palestina sebenarnya.
                Dalam konferensi Annapolis ini tidak ada hal baru yang bsia dihasilkan selain mengakui Mahmoud Abbas sebagai pemimpin otoritas Palestina. Dan semakin memecah Palestina menajdi dua yaitu Tepi Barat oleh Fattah dan Jalur Gaza oleh Hamas.
Permasalahan Israel – Palestina sendiri akan sangat sulit untuk selesai karena selain masalah ideology. Masalah tanah dan sumber air juga diyakini sebagai penyebab sulitnya masalah ini selesai. Paham Zionis yang menginginkan Israel sebesar Wilayah mereka di era nabi Ibrahim dari Sungai Eufrat hingga Tigris diduga menjadi penyebab sulitnya proses negosiasi. Dimana proses negosiasi selalu berat sebelah dan menguntungkan Israel serta merugikan Palestina.
Sehingga proses perundingan ini sendiri akan selalu mengalami proses tarik ulur karena titik temu tidak  dapat tercapai dan pihak Israel sebagai pihak yang kuat selalu memaksakan kehendaknya. Sebagaimana kita ketahui bahwa Kesepakatan yang baik adalah bilamana konsensi yang dibuat oleh salah satu pihak tidak berlawanan dengan kepentingan pihak lainnya.Namun yang terjadi dalam kasus Israel – Palestina justru sebaliknya dan selalu merugikan satu pihak yaitu Palestina sehingga diharapkan kerendahan hati dari Israel apabila proses negosiasi damai ingin tercapai.

cHINA fOREIGN pOLICY



  • Cina sejak Deng Xiaoping. Deng Xiaoping, also Teng Hsiao-p’ing (1904-1997), Chinese Communist leader, who survived two purges to become virtual ruler of post-Mao China. He was born into a family of landlords in Jiading (Chia-ting), Sichuan (Szechwan) Province, studied in France and Moscow during the 1920s, and after his return to China served the Communist Party in various capacities, joining Mao Zedong in Jiangxi by 1930 and participating in the Long March in 1934-1935. During China’s struggle against Japanese aggression (1937-1945), Deng served as a political commissar with the army, being elevated to the Communist Party’s Central Committee in 1945.
After the collapse of the Nationalist regime and the establishment of the Communist government in 1949, Deng moved up rapidly in the Communist hierarchy under Mao’s patronage, serving as vice-premier (1952) and General Secretary of the Chinese Communist Party (1956-1966). Deng distinguished himself as a pragmatist in opposition to Mao’s advocacy of revolutionary zeal, especially after the disastrous failure of Mao’s Great Leap Forward, and was therefore exposed to radical attacks during the Cultural Revolution. Stripped of office during the Cultural Revolution in late 1966, he disappeared from view until Zhou Enlai made him deputy premier in 1973. On Zhou’s death early in 1976, Mao’s radical allies, the Gang of Four, had Deng purged again, but after Mao’s death and their fall later that year, he was reinstated by Hua Guofeng in 1977. He edged Hua out of power, installed his protégés Zhao Ziyang and Hu Yaobang in high office, and began his campaign for the redevelopment of China.
Deng’s reforms were generally economic and social, aimed at encouraging initiative and growth, and achieved through persuasion and consensus. He rationalized economic planning, freed enterprises from state control, and reinstated profit as the guiding principle of economic life. His overall aim was to strengthen and stabilize China, thus securing Communist rule. China joined the International Monetary Fund and the World Bank in 1980; special enterprise zones and other initiatives were established to attract foreign investment. Deng’s official appointments as chairman of the party’s Central Military Commission (1981-1989) and of the party’s Central Advisory Commission (1982-1987) disguised his true position, though his control of the military was decisive for his leadership. In foreign policy, he developed close ties with Japan and the United States as a counterbalance to the Soviet Union.
Deng’s policies produced rapid economic development, but also unleashed unforeseen social turmoil and political aspirations, as it became clear that he had no intention of compromising the Communist Party’s absolute power. Deng personally approved the bloody massacre that ended the mass pro-democracy demonstrations in Tiananmen Square in 1989, and purged his one-time protégé Zhao Zhiyang, who had proved too sympathetic towards the pro-democracy movement. Deng resigned from his last official post in November 1989, but retained paramount authority, continuing to promote growth under the slogan “to grow rich is glorious”, while suppressing democratic aspirations and preserving the Communist monopoly of power under political conservatives such as Li Peng. After 1989, China’s economic boom continued, as did an apparent haemorrhaging of central authority to the regions, and the political calm of this period was evidently the result of present or implied force, ultimately underwritten by Deng’s own links with the military. He continued to support rapid economic expansion, especially in China’s provinces, while he was able to conduct active policy; but in the mid-1990s, suffering from respiratory ailments and Parkinson’s disease, he increasingly slipped from public view, amid reports of jockeyings for power among younger Communist leaders such as Li Peng and Jiang Zemin. Having installed Jiang as his heir apparent, Deng died on February 19, 1997, after a long period of illness.

Rabu, 25 Juli 2012

HONG KONG YANG SAYA TAHU





Hong Kong??? Di Indonesia kata Hong Kong sangatlah terkenal, bahkan kalau ada apa-apa sampai ada istilah “Makan dari Hong Kong” atau “Tidur dari Hong Kong”. Dimana maksud dari istilah itu adalah yang berbicara belum sempat makan atau Tidur. Namun, banyak hal mengenai Hong Kong yang masih belum saya ketahui dan saya berharap semoga bisa berada disana nanti
Adalah Hong Kong Tourism Board, selain Tuhan tentunya yang bisa membuat harapan saya untuk berada di Hong Kong bisa terwujud melalui kontes Blogger Writing Contest dan HK Summer Showreel dengan tema #HKSummerspectacular yang mana apabila saya menjadi pemenang maka saya berkesempatan untuk jalan-jalan ke Hong Kong selama 3 hari.
Saya sendiri memang selama ini tahu Hong Kong sebagai daerah administrasi Khusus China selain Macau yang sempat menjadi koloni Inggris selama 100 tahun sebelum diserahkan ke China tahun 1997. Dimana, di Hong Kong sistem yang berlaku adalah “One Country, Two System” yang membuat mereka secara politik berbeda dengan ibu pertiwi mereka, Republik Rakyat China. Dimana pejabat tinggi Hong Kong saat ini dijabat oleh CY Leung.
Gambaran Hong Kong (Courtesy Hongkongvisa.org)
Saya juga banyak mengetahui Hong Kong dari beberapa film mereka, kebetulan saya sering menonton beberapa film Hong Kong seperti God of Gamblers atau Shaolin Soccer. Juga beberapa bintang ternama Hong Kong seperti Andy Lau, Tony Leung, Karen Mok atau Alan Tang. Namun film Hong Kong favorit saya adalah film – film lawas Bo Bo Ho yang popular di Indonesia. Dari film-film itu saya tahu kalau kehidupan di Hong Kong kelihatannya cukup menarik untuk didatangi, walau Hong Kong saya lihat kebanyakan Hong Kong 10 tahun yang lalu kebawah, karena film Hong Kong yang saya tonton kebanyakan film lawas.
Adegan dalam salah satu Film Bo Bo Ho, salah satu film favorit saya (Courtesy Google.com)
Hong Kong sendiri juga yang saya tahu adalah kawasan yang multicultural. Walaupun disana mayoritas etnis adalah etnis China baik Han maupun Kanton. Namun, disana juga saya dengar banyak terdapat populasi orang-orang Asia Selatan seperti India, Pakistan atau Nepal. Hal yang menurut saya wajar, karena sebagai daerah yang pernah berada di bawah protektorat Inggris, cukup banyak warga-warga Asia Selatan yang didatangkan kesana seperti halnya di Singapura, Malaysia atau Afrika Selatan.
Selain itu, di Hong Kong juga banyak terdapat para pengungsi dari zaman perang Vietnam yang sudah menjadi warga negara sana. Hal lain yang menarik di Hong Kong pun banyak terdapat tenaga kerja asing dari Indonesia, Filipina, Bangladesh dll. Dimana, Tenaga Kerja Filipina dan Indonesia jumlahnya cukup banyak di Hong Kong.
Khusus untuk Tenaga Kerja Indonesia, saya banyak tahu keberadaan mereka cukup banyak lewat film Lola Amaria yang berjudul “Minggu Pagi di Victoria park”. Dimana lewat film itu, saya jadi tahu kalau para pekerja asal Indonesia suka berkumpul tiap hari minggu di kawasan Victoria Park.
Film Minggu Pagi di Victoria Park, film yang membuat saya tahu kehidupan TKI di Hong Kong (Courtesy PickLock Production)
Saya juga tahu Hong Kong dari para musisi mereka, dimana beberapa musisi mereka seperti Andy Lau, Joey Yung atau Leo Ku sering saya dengarkan lagunya. Bahkan lagu Leo Ku yang berjudul “Hao Xiang, Hao Xiang” adalah lagu dari Artis Hong Kong favorit saya, karena itu besar harapan saya apabila diberi kesempatan untuk berangkat ke Hong Kong, mungkin saya bisa bertemu orang-orang yang sebelumnya Cuma bisa saya lihat di layar kaca.
Selain itu, Di Hong Kong juga yang saya tahu cukup banyak tempat wisata yang menarik, diantaranya adalah The Peak (Victoria Peak) yang merupakan sebuah gunung yang terletak di kawasan Hong Kong barat yang juga biasa dikenal sebagai Mount Austin. Dimana, di tempat ini kita bisa melihat Hong Kong dari atas dengan menaiki Tram, dimana kabarnya apabila malam, terlihat keindahan kota Hong Kong dengan cahayanya.
Pemandangan Hong Kong di malam hari dari Victoria Peak (Courtesy Wikipedia.org)
Selain itu, tempat lain yang kelihatannya menarik adalah Disney Land Hong Kong di pulau Lantau , dimana di kawasan ini kita bisa merasakan wahana – wahana permainan seru dan menarik dengan tema- tema dunia Disney dan bisa merasakan petualangan layaknya di dunia Disney, dan sungguh akan menjadi pengalaman tak terlupakan dari #HKSummerspectacular apabila saya bisa kesana dan merasakan keajaiban ala Aladdin, Mulan atau Hercules.
Disney Land Hong Kong (Courtesy Google.com)
Kemudian tempat lain yang juga menari kadalah Museum Maddam Tussaud, dimana museum ini mirip dengan Museum yang sama yang berada di London, dimana kita bisa melihat patung orang-orang ternama yang terbuat dari lilin dan menyerupai rupa asli mereka. Sungguh benar-benar menakjubkan.
Selain itu tempat-tempat wisata lain seperti Patung Buddha Raksasa di pulau Lantau, Ladies Market atau Hong Kong Global Geopark of China juga kelihatannya cukup menarik untuk didatangi dan akan menjadi kesempatan yang tidak terlupakan apabila diberi kesempatan kesana.
Namun, tempat terakhir yang sebenarnya ingin saya datangi adalah Victoria Park, tempat yang diceritakan oleh Lola Amaria dalam filmnya, Minggu Pagi di Victoria Park. Dimana, disana cukup banya k TKI yang berkumpul dan bersosialisasi. Mungkn, akan sangat menarik melihat bagaimana para pekerja kita yang mengadu nasib di Hong Kong saling melepaskan penat dan bercengkerama satu sama lain, dimana situasinya saya pikir mirip dengan situasi di kawasan Orchard Road, Singaura yang setiap hari minggu juga dipenuhi oleh pekerja asing, termasuk dari Indonesia.
Oleh karena itu, saya hanya bisa berharap bisa menjadi pemenang Blog Writing Contest dalam #HKSummerspectacular ini untuk mencicipi pengalaman baru dalam hidup saya dengan mengunjungi tempat yang sebelumnya hanya bisa saya pandangi di layar kaca dan mungkin bisa bertemu dengan para Bintang Film Hong Kong disana. Amin…

Kamis, 12 Juli 2012

rumah panti muslimin


Sejak berdiri tahun 1931, Panti Asuhan Muslimin sudah mendidik dan menampung anak-anak tidak mampu baik mereka yang memang tidak mampu secara ekonomi maupun mereka yang berasal dari keluarga broken
Menurut Bapak Sarwono selaku ketua panti Muslimin, Panti ini sudah berdiri sejak tahun 1931 dimana pada mulanya bernama “Sarekat Isteri Jacatra” (S-1-J). Serikat ini pada awalnya bertujuan untuk meningkatkan harkat serta martabat Indonesia yang berdiri pada tanggal 18 Mei 1930. Lalu pada tanggal 10 Juni 1931, Ibu Siti Zahra Goenawan selaku Ketua Pengurus S-1-J memprakarsai pertemuan dengan beberapa tokoh Islam pada waktu itu yang menghasilkan keputusan yaitu membentuk pengurus untuk suatu badan yang kemudian pada tanggal 10 Juli 1931, badan itu bernama Rumah Piatu Muslimin (RPM).
Pada tanggal 6 Agustus 1931 mendapat pengesahan dan pengukuhan lembaga RPM didepan notaris MR. Adrian Hendrik van Ophuysen dengan akte no. 19 dan baru 55 tahun kemudian, pemerintah Republik Indonesia mengukuhkan Rumah Piatu Muslimin sebagai organisasi social tingkat provinsi melalui surat keputusan menteri social RI no. 113/KPTS/BBS/VII/86.
Awal mula panti ini berdiri karena ibu S.Z. Gunawan ingin membuat suatu tempat penampungan bagi anak-anak terlantar pribumi karena pada saat itu, tempat-tempat penampungan hanya terbatas bagi anak-anak Indo dan non-pribumi. Ibu S.Z. Gunawan juga ingin berbuat sesuatu bagi anak-anak Indonesia yang miskin dan terlantar guna membuka harapan dan masa depan mereka.
Pada masa sekarang, tujuan ibu S.Z. Gunawan kembali diteruskan oleh penerusnya yaitu dr. Sarsanto W. Sarwono selaku ketua Pembina yayasan dan ibu Hajjah Sophie Sarwono selaku ketua pengurus dan dalam kurun waktu 70 tahun, Lembaga Rumah Piatu Muslimin telah mengembangkan usaha-usaha dibidang kesejahteraan sosial diantaranya Panti Asuhan Muslimin yang sekarang disebut Panti Penyantunan Anak (PPA) Yaitu sebuah usaha di bidang kesejahteraan anak terlantar, Wisma Tuna Ganda – Palsigunung yaitu usaha di bidang kesejahteraan anak menyandang cacat dan perguruan Islam Muslimin yang bergerak di bidang pendidikan.
Jumlah penghuni Rumah Piatu Muslimin saat ini berjumlah 45 orang. Menurut bapak Sarwono, pihaknya hanya membatasi jumlah kapasitas anak yang ditampung sebanyak 60 orang. Hal ini karena keterbatasan tempat. Namun, kami tetap membuka kesempatan bagi anak-anak yang tidak mampu sekolah dengan hanya membayar uang sekolah sebesar Rp.10.000 di SMP terbuka. Selain itu, bila ada anak yang bsia lolos SNMPTN maka akan kami bantu pembiayaannya. Namun, jarang dari mereka yang tertarik untuk kuliah karena kebanyakan anak-anak didikan panti ini yang sekolah SMK sudah mendapatkan pekerjaan ketika mereka lulus.
Untuk pembiayaan operasional, menurut bapak Sarwono, pihaknya dibantu oleh Dinas Sosial Kementerian Sosial juga para donator. Menurut bapak Sarwono, Dinas Sosial membantu memberikan sumbangan sebesar Rp.3000 per hari dimana itu sudah termasuk ongkos dan subsidi. Namun, walaupun kecil, setidaknya ini menenjukkan kepedulian pemerintah melalui dinas social terhadap Rumah Piatu Muslimin. Namun, sumbangan dari donator lain juga tidak kalah besar. Salah satunya dari yayasan Dharmais yang menyumbang sebesar Rp. 6 Juta per-triwulan.
Menurut bapak Sarwono, mendidik anak-anak disini tidaklah mudah karena lingkungan yang tidak mendukung, dimana hanya beberapa meter dari panti tersebut di gedung bioskop banyak terjadi transaksi narkoba dan bila tidak dijaga maka anak-anak dari panti tersebut dapat dijadikan kurir narkoba karena bayaran sebagai kurir cukup besar yaitu Rp.100.000 sekali antar. Dimana dahulu sering terjadi kejadian dimana anak-anak di panti ini dijadikan kurir karena begitu mudahnya orang-orang luar melalui pedagang gerobak masuk.
“Bahkan ada kejadian pembunuhan di gerobak pun, kami tidak tahu.” Kata bapak sarwono
Namun, keadaan tersebut saat ini sudah jarang ditemui karena penjagaan yang ketat dari satpam dan hubungan baik kami dengan masyarakat di kampung belakang, dimana banyak dari mereka yang bersekolah di SMP terbuka dan kami ajak apabila ada acara buka puasa bersama di bulan Ramadhan.
Fasilitas di rumah piatu Muslimin ini mencakup Sekolah Dasar, SMP terbuka, lapangan olahraga, perpustakaan, poliklinik, bengkel latihan kerja, sanggar kesenian,  lab computer, Mushola, aula, koperasi anak asuh dan asrama tempat tinggal. jumlah buku di perpustakaan rumah piatu Muslimin juga cukup banyak dan tidak hanya sekedar buku pelajaran namun juga buku-buku lain. Dimana wartawan Info Societa menemui beberapa buku komik Lucky Luke dan buku-buku lain.
Menurut Bapak Supriyadi selaku penanggungjawab Perpustakaan, Buku-buku yang diterima dari sumbangan donator akan diseleksi lagi berdasarkan tahun ajaran dan layak tidaknya, sehingga anak-anak dapat membaca bacaan yang layak.
Di rumah piatu ini, anak-anak yang tinggal tidak boleh diadopsi karena latar belakang mereka adalah keluarag broken home sehingga mereka hanya boleh keluar apabila diambil lagi oleh orang tuanya atau dipindahkan ke panti social lain.
Prosedur penerimaan anak dipanti ini yaitu penerimaan dilakukan atas rekomendasi dinas social kemudian orang tua/wali dapat menghubungi dinas sosial DKI Jakarta yang akan ditindaklanjuti oleh petugas social untuk membawa studi kasus mengenai anak dan keluarga sebagai bahan rekomendasi. Penerimaan lebih diutamakan bagi anak yang benar-benar membutuhkan pertolongan dan juga berdasarkan kelengkapan persyaratan administrasi yang dibutuhkan.
Menurut Reza, salah satu penghuni Panti, dirinya sangat bahagia tinggal di Rumah Piatu Muslimin karena disini mereka diperlakukan dengan kasih saying yang mungkin tidak didapatkan dirumahnya. Reza yang sudah tiga tahun tinggal dipanti dan berasal dari Bekasi merasa teman-temannya dip anti ini sudah seperti saudara.
Sedangkan Diki, penghuni lainnya yang berasal dari jakarta juga senang bisa berada di rumah piatu Muslimin karena diperlakukan secara layak dan Fani, penghuni putri asal Banjarnegara, Jawa Tengah juga merasa senang bisa tinggal dipanti ini, karena selain ayahnya yang sudah meninggal, ibunya juga tidak mampu menyekolahkan fani sehingga ia ia senang bisa bersekolah di SD panti ini.
Dapat diambil kesimpulan bahwa anak-anak yang hidup dipanti merasa senang dan bahagia bisa menemukan keluarga barunya di Rumah Piatu Muslimin. Sehingga pemerintah memang sudah selayaknya memperhatikan mereka. Karena mereka juga bagian dari masyarakat Indonesia dan pemerintah sudah berkewajiban mewujudkan salah satu tujuan Millennium Development Goals (MDGs) yaitu penuntasan kemiskinan secara radikal. (Tulisan Kharizma Ahmada Foto : Martinus Leonard)

Nasionalisme vs Liberalisme menuju Indonesia yang berdaulat


24 Februari 2011 kemarin, Universitas Prof. Dr. Moestopo (B)  menyelenggarakan diskusi mahasiswa dengan tema “Diskusi Ideologis, Nasionalisme vs Liberalismee, Menuju Indonesia yang Berdaulat” sebagai langkah awal pra-pertemuan Badan Ekseskutif Mahasiswa se-nusantara. Pembicara diskusi tersebut adalah Bung Usmar Ismail Staf Purek III Bidang Kemahasiswaan Moestopo , Bung Ton Abidillah dari Ikatan Mahasiswa Muhamadiyah, Bung Parlindungan Simarmata dan Bung Muh. Qozim Amirullah ketua Himpunan Mahasiswa Islam (MPO).
Dalam permulaan diskusi, Bung Usmar menyampaikan bahwa nasionalisme merupakan suatu paham lebih mendahulukan kepentingan nasional dibanding kepentingan golongan dan individu. Dalam membangun negara dan bangsa Indonesia ini, beliau mengungkapkan bahwa Soekarno menerapkan kemandirian ekonomi, budaya dan ideologis. Kemandirian ideologis merupakan salah satu hal yang paling penting karena tanpa adanya ideologis maka kita akan berjiwa apatis atau oportunis. Jelas hal yang demikian bukanlah hal yang menguntungkan untuk mengembangkan jiwa nasionalis, apalagi bagi para mahasiswa. Di akhir pembicaraannya,  ia berpesan bahwa yang diperlukan untuk menjadi aktivis mahasiswa adalah ilmu dan pengetahuan, kepribadian serta moral sebagai landasan atas tindakan yang mereka lakukan.
Selanjutnya Bung Ton, meilihat nasionalisme dari istilahnya, bahwa isme merupakan suatu paham, gagasan dari tingkatan teori hingga operasionalisasi. Sedangkan nasionalisme adalah bagaimana kita memandang bangsa Indonesia dengan segala unsur yang ada di dalamnya untuk dioperasionalisasikan. Menurutnya ada tiga landasan yang bisa menjadi acuan bagi operasionalisasi negara dan bangsa Indonesia adalah teks Proklamasi 17 Agustus 1945, Pancasila dan UUD 1945.
Menurut Ton yang menjadi permasalahan bangsa Indonesia saat ini dapat dibedakan menjadi dua permasalahn, yaitu pertama, Indonesia menerapkan konsep nasionalisme dalam tataran teori tetapi menggunakan konsep liberalisme dalam tataran operasionalisasinya. Sehingga, tidak terjadi sinkronisasi antara teori dan praktik. Kedua, masalah korupsi merupakan masalah yang menggerogoti bangsa Indonesia dari dalam. Arus investasi dan hutang luar negeri merupakan salah satu konsep liberalisme yang menggerogoti sendi-sendi perekonomian bangsa Indonesia. Terlalu banyak sumber daya alam Indonesia yang dimobilisasi ke luar negeri tanpa timbalebalik yang sesuai bagi rakyat Indonesia.
Parlindungan Simarmata berujar bahwa kebanyakan mahasiswa sekarang bersikap apatis. Entah apakah kondisi dan sikap apatis tersebut dengan sengaja dikondisikan oleh kampus atau negara? Terlebih lagi dengan kondisi ekonomi rakyat Indonesia yang serba sulit sehingga menimbulkan sifat yang konspiratif bagi mahasiswa. Para mahasiswa ini hanya memikirkan untung dan rugi dari tindakan yang akan mereka lakukan. Mengenai ekonomi Indonesia saat ini yang bersifat liberal, sesungguhnya jika menilik kembali sejarah terdahulu Indonesia di mana Moh. Hatta, salah seorang founding father Indonesia, telah menerapkan sistem ekonomi terpimpin yang dasarnya mengarah pada konsep ekonomi neo-liberal. Namun, ia mengimplementasikan sistem ekonomi tersebut dalam wadah koperasi. Yang mana koperasi tersebut dijalankna untuk kepentingan masyarakat dan tidak memihak pada kepentingan pribadi maupun golongan.
Saat ini SBY lebih menekankan pada system ekonomi jalan tengah di mana sistem tersebut bertujuan untuk mensejahterakan rakyat namun tidak menutup arus investasi asing masuk ke dalam negeri hanya saja hasil konkret bagi masyarakat belum ada sampai saat ini. Dirasa kita masih jauh dari rasa kedaulatan itu sendiri, oleh karena itu yang kita butuhkan saat ini adalah perubahan, bukan hanya perubahan aktor-aktor yang bermain dalam pemerintahan tetapi lebih kepada sistem yang dimainkan dalam pemerintahan tersebut.
Kemudian Qozim menjelaskan nasionalisme  merupakan alat untuk mencapai kesejahteraan. Pada saat ini semua negara  menerapkan dua konsep nasionalisme dan liberalisme. Kita tidak boleh terjebak dalam doktrin-doktrin nasionalisme saja. Yang perlu kita sadari saat ini adalah nasionalisme merupakan suatu alat yang dapat kita gunakan untuk mencapai sebuah tujuan di mana tujuan utama kita adalah mencapai kesejahteraan rakyat.
Dualisme konsep nasionalisme dan liberalisme dalam negara merupkan satu hal yang tidak dapat dielakkan lagi. Yang perlu dilakukan oleh negara dalam dualisme konsep tersebut adalah memberikan proteksi terhadap industri-industri dalam negeri yang lemah dan tidak mampu bersaing dengan industry luar negeri.
Menurut Gramsci mengenai teori hegemoni, esensi dalam hidup ini adalah kompetisi. Manusia saling berkompetisi untuk saling menguasai satu sama lain. Di dalam konsep negara-bangsa, Negara merupakan kekuatan hegemoni tertinggi yang mampu menguasai rakyatnya. Namun kekuatan hegemon negara-bangsa atas rakyatnya belum tentu diikuti oleh kekuatan untuk meng-hegemoni negara lainnya. Pada saat ini Indonesia masih di-hegemon oleh negara lain melalui penjajahan ekonomi, budaya, dan militer.
Sebagaian mahasiswa sebagai bagaian dari diskusi berpendapat bahwa kebanyakan rakyat Indonesia khusunya mahasiswa sudah tidak lagi nasionalis dan lebih bersifat hedonism. Hal tersebut dikarenakan oleh perubahan yang terjadi secara mulitkultural dalam sendi-sendi kehidupan kita. Dan pada saat ini ketika sistem neoliberalisme telah bercokol di Indonesia menjadikan peran pemerintah sangat kurang. Menurutnya nasionalisme merupakan suatu upaya yang kita lakukan untuk memertahankan kedaulatan negara. Oleh karena itu diperlukan identitas untuk mencapai rasa nasionalisme tersebut, namun sekarng ini kita merasa kebingungan identitas seperti apa yang harus kita bentuk dan miliki?
Sebagai contoh penjualan aset-aset berharga yang tidak sesuai dengan implementasi UUD 1945 pasal 33. Dimana dalam UU tersebut mengutamakan demokrasi ekonomi dan kemakmuran serta kesejahteraan rakyat diutamakan, namun saat ini hal yang demikian semakin terkikis. Dan sayangnya, kita sebagai mahasiswa hanya menerima itu begitu saja tanpa menyadari ancaman yang ada. Mulai sekarang kita harus menyadari bahwa Indonesia adalah negara yang kaya namun tidak memiliki apa-apa. Oleh karena itu mulai dari sekarang kita harus berani mengambil langkah perubahan untuk mencapai Indonesia yang lebih baik.
Pada dasarnya segala konsep yang ada, baik nasionalisme maupun liberalisme khususnya, bertujuan baik tergantung bagaimana perspektif kita dalam melihat, menilai dan mengimplementasikan konsep yang tersebut. Jika menilik kembali sejarah awal mula liberalisme pada abad ke-14, liberalism berarti class of free man dan free from restraint. Yang berarti bahwa liberalisme menuntut sebuah kebebasan manusia tanpa batasan, dikte dan kungkungan dari pihak lain seperti yang terjadi pada abad pencerahan di Romawi. Menurutnya hal yang demikian merupakan sesuatu yang positif, yang mengarahkan kita menuju kemerdekaan dan demokrasi. Perlu dipertimbangkan kembali bahwa kita sudah memasuki abad globalisasi, di mana arus komunikasi dan informasi sudah tidak bisa lagi dibendung.
Dengan demikian, jika kita menutup diri dari interaksi luar maka kita tidak bisa lagi survive dalam hubungan internasional. Ia pun menegaskan bahwa yang seharusnya menjadi tugas dan perhatian kita saat ini adalah bagaimana kita menggunakan konsep liberalisme untuk memnuhi tujuan nasionalisme kita yaitu mencapai Indonesia yang sejahtera, mandiri dan merdeka.
Salah satu perwakilan dari institusi Bakrie mengungkapkan bahwa kegiatan diskusi semacam ini merupakan salah satu alternatif yang baik untuk memupuk rasa kebangsaan mahasiswa. Dia menegaskan bahwa yang terpenting dalam memupuk rasa kebangsaan adalah masalah identitas, Saat ini yang perlu diperhatikan dalam menjaga dentitas diri menjadi bangsa Indonesia adalah ke-bhinneka-an, pancasila, dan NKRI. Hal-hal tersebut akan berpengaruh pada mental dan karakter rakyat Indonesia. Jika melihat kondisi Indonesia saat ini yang mengalami banyak perpecahan dan peperangan antar suku di berbagai daerah, hal tersebut jelas menjadi ancaman bagi bangsa Indonesia. Sebagai upaya pencegahan perpecahan lebih lanjut maka nilai-nilai tersebut harus terus dikembangkan sebagai upaya memersatukan kembali dalam wadah identitas diri bangsa Indonesia.
Nasionalisme merupakan sebuah konsep pengoperasionalisasian bangsa guna mencapai kesejahteraan rakyat bangsa tersebut. Sedangkan liberalisme merupakan suatu konsep yang menuntut kebebasan tanpa kekangan dari pihak mana pun. Namun, seiring berjalannya waktu konsep liberalisme tidak hanya berada di ranah kebebasan pikiran dan hakikat diri sebagai manusia tetapi liberalisme merambah ke segi ekonomi, politik, ideologi dan budaya secara luas. Hal tersebut didorong oleh konsep globalisasi yang terjadi saat ini dalam hubungan internasional di mana kita sudah tidak bisa lagi membendung arus globalisasi dan liberalisme itu sendiri. Dalam liberalisme itu sendiri pun terkandung nilai-nilai yang dapat kita ambil sebagai pelajaran dan tuntunan dalam menjalani kehidupan sekarang ini. Dengan demikian, yang perlu kita lakukan sebagai bangsa Indonesia saat ini adalah menyerap nilai-nilai positif tersebut sebagai cara dan alat menghadapi tantangan hidup saat ini guna mencapai dan memenuhi kesejahteraan rakyat Indonesia sebagai upaya perwujudan rasa nasionalisme kita.

DINAMIKA SOSIAL DI SOMALIA


A.      Sejarah Somalia dan konfliknya
Berbicara Somalia tentu memori kita tidak akan jauh-jauh dari perang, bajak laut dan bandit. Tentu kita akan sangat penasaran dengan situasi dan kondisi di Negara yang sudah divonis sebagai Negara gagal ini.
Somalia adalah Negara yang terletak di wilayah Afrika Barat berbatasan dengan Djibouti dibarat laut, Kenya di barat daya, Teluk Aden dan Yaman di Utara, Samudera Hindia di sebelah Timur dan Ethiopia di Selatan dengan mayoritas suku disana adalah suku Samaal. Suku Samaal sendiri memiliki kesamaan budaya dan tradisi dengan suku-suku lain dikawasan tanduk Afrika seperti suku Oromo yang mendominasi 50 persen wilayah Ethiopia dan Suku Beja yang mendiami kawasan Timur Sudan.
Suku Samaal sendiri juga terbagi-bagi dalam beberapa klan. Klan-klan yang terkenal dari suku Samaal diantaranya Dir, isaq, Hawiye, Darod, Digil dan Rahawin. Kelompok ini terbagi dalam beberapa kelompok kecil lain dan sisanya adalah suku pengembara. Ciri khas dari bangsa Somalia adalah berkulit hitam, bermata hitam yang berbentuk buah persik, serta berambut lebat dan keriting.
Kota yang paling padat penduduk di Somalia adalah Mogadishu yang juga ibukota Negara tersebut dengan jumlah penduduk mencapai 700.000 jiwa. Kota-kota padat penduduk lainnya adalah Hargeysa, Kismayo, Barbera dan Marca. Total jumlah penduduk Somalia menurut sensus tahun 2008 mencapai delapan juta jiwa. Mayoritas penduduk Somalia beragam Islam dengan aliran Sunni dan juga terdapat beberapa penganut Syiah dan Salafi. Beberapa agama lain yang dianut penduduk Somalia adalah agama Kristen dan Animisme sebanyak 1,3% dari total penduduk Somalia.
Somalia sendiri adalah Negara yang hanya memiliki satu universitas di Mogadishu dan beberapa sekolah menengah di kota-kota padat penduduk. Hal ini diakibatkan karena penduduk Somalia banyak yang hidup berpindah-pindah secara nomaden, sehingga mereka jarang menepuh pendidikan secara rutin.
Kondisi sosial di Somalia memang sejak dahulu selalu diwarnai dengan perselisihan antar klan. Dimana klan yang berselisih diantaranya klan Digil dan Rahanwayn yang punya sejarah perselisihan terutama dalam urusan perdagangan dan agama. Kebanyakan perselisihan antar klan di Somalia memang disebabkan oleh perebutan lahan, sumber air dan ternak.
Ketika Somalia berhasil memperoleh kemerdekaan dari Inggris tahun 1960, negeri ini memang selalu mengalami konflik berkepanjangan dimulai dari kudeta militer yang dilakukan oleh Mohammed Siad Barre tahun 1969 hingga perang sipil yang terjadi tahun 1988 yang membuat diktator Siad Barre menggenosida kelompok pemberontak di Utara.
Ketika tentara A.S. memutuskan untuk menurunkan dan membunuh Mohammed Siad Barre tahun 1991, maka sejak saat itu Somalia berubah menjadi negeri tak bertuan yang dalam arti tidak memiliki pemimpin yang sebenarnya. Dimana pemimpin mereka saat ini adalah presiden Sharif Sheikh Muhammad sedang Perdana Manteri dijabat Abdiweli Mohammed Ali yang menjabat sebagai Pelaksana Tugas sejak 11 Juni 2011 setelah perdana menteri sebelumnya, Mohammed Abdullahi Mohammed mengundurkan diri.   
Namun, kekuasaan mereka hanyalah sebatas di wilayah Mogadishu. Sedang kawasan-kawasan lain di Somalia telah banyak yang dikuasai oleh para Warlord dan yang paling terkenal adalah kelompok milisi Al-Shabab yang menguasai sebagian besar wilayah Somalia bagian Selatan, dimana misi dari Milisi Al-Shabab ini adalah menerapkan hokum syariah Islam di seluruh kawasan Somalia.
B.      Somalia masa kini

Seperti yang dijelaskan diatas, kondisi Somalia sejak diturunkannya Siad Barre tahun 1991 berubah menjadi Negara tanpa harapan hidup. Banyak rakyat Somalia yang hidup dalam kelaparan dan kemiskinan akibat konflik berkepanjangan. Kondisi kelaparan di Somalia memaksa PBB menurunkan bantuan untuk Somalia. Namun, paranya banyak bantuan PBB yang dijarah dan kendaraan mereka ditembaki oleh milisi Al-Shabab yang tidak senang dengan kehadiran PBB disana.

Kondisi kemiskinan dan tiadanya harapan hidup banyak membuat warga Somalia memilih kabur dari negaranya. Kebanyakan dari mereka mengungsi ke negeri terdekat seperti Kenya, Ethiopia dan Yaman. Namun, sebagian juga mengungsi dengan menjadi imigran di Negara-negara Eropa seperti Swiss, Norwegia dan Perancis. UNHCR (United Nations High Commision on Refugees), badan PBB yang mengurusi masalah pengungsi mencatat terdapat 900.000 pengungsi Somalia yang menetap di Negara tetangga dan 1,3 Juta warga Somalia yang mencoba lari dari negaranya dan menjadi pengungsi.

Dengan pendapatan per kapita sekitar 333 Dollar AS menurut Bank Sentral Somalia dan kondisi Negara yang tercabik-cabik konflik berkepanjangan serta pemerintah yang silih berganti dan tidak pernah bertahan lama. PBB sudah lama menetapkan Somalia sebagai Negara gagal. Maka, dengan kondisi tersebut .

Kondisi sosial di Somalia ini banyak membuat penduduk Somalia menjadi anggota milisi pemberontak atau anggota Al-Qaeda. Selain menadi milisi banyak juga anak muda Somalia yang memilih menjadi perompak di Teluk Aden, hal ini karena mereka bisa mendapatkan keuntungan dengan menjadi perompak di Teluk Aden dengan menyandera kapal dagang asing yang sedang berlayar atau melintas di teluk tersebut.

Kebanyakan dari penduduk Somalia tersebut akhirnya banyak yang memilih menjadi perompak karena keuntungan mereka dari membajak kapal dagang yang lewat memang cukup besar. Banyak kapal-kapal dagang AS dan China yang melintasi teluk Aden membuat warga Somalia mengambil keuntungan dari arus lalu lintas tersebut dan kapal-kapal tersebut memang terpaksa melintas di teluk Aden karena apabial tidak melewati teluk Aden, maka mereka harus memutar jauh di Tanjung Harapan, Afrika Selatan yang memakan biaya sangat besar.

Kondisi social di Somalia yang seakan tanpa pemerintah memang mendukung maraknya aksi perompak. Bayangkan saja, banyak Masyarakat Somalia yang hidup dibawah 2 Dollar sehari. Namun sepanjang Januari hingga November 2008, Kegiatan Perompak di Somalia mampu menghasilkan keuntungan diatas 30 Juta Dollar AS dan hal ini membuat banyak pemuda di Somalia yang semula miskin bisa berubah menjadi kaya raya.
Disamping bisnis yang menguntungkan, krisis pangan berkepanjangan memang membuat banyak warga Somalia yang frustasi dan pada akhirnya memilih menjadi perompak karena dianggap sebagai solusi. WFP sendiri selaku badan PBB yang bertanggungjawab mengatasi masalah pangan di Somalia mengaku kesulitan untuk memberikan bantuan pangan kepada rakyat Somalia karena selain keterbatasan akses yang diakibatkan perang berkepanjangan, banyak bantuan mereka yang justru dibajak oleh gerilyawan dan milisi yang berperang, maka hal ini membuat WFP tidak punya pilihan selain meninggalkan masyarakat Somalia dalam bencana kelaparan.
Namun, kondisi perompakan di Teluk Aden sendiri bermula dari kesadaran rakyat Somalia yang merasa ikan di laut mereka banyak yang dicuri oleh nelayan asing yang memanfaatkan konflik di Negara Somalia.Banyak nelayan-nelayan local yang tewas dibunuh oleh kapal-kapal nelayan asing tersebut yang kebanyakan dari AS dan Eropa. Yang pada akhirnya memicu perlawanan dari nelayan lokal Somalia untuk membajak kapal-kapal Nelayan asing, terutama setelah Tsunami tahun 2004 yang mengakibatkan banyak warga Somalia tewas akibat sisa racun nuklir yang dibuang oleh kapal-kapal asing tersebut. Kemudian lama-lama berubah menjadi pembajakan kapal dagang asing yang melintas di Teluk Aden.
Maka, permasalahan social di Somalia yang cukup besar ini memang harus segera diselesaikan. Negara-negara lain seperti AS dan china serta PBB harus segera mengatasi masalah kemiskinan di Somalia dengan tuntas, bukan hanya mengirim kapal perang USS Cole, karena masalah di Somalai ini tidak bisa diselesaikan sendiri, apalagi AS juga turut andil membuat Somalia menjadi Negara gagal tak bertuan seperti saat ini, maka pendekatan yang halus serta penyelesaian masalah secara radikal harus menjadi kunci penyelesaian bukan melalui kapal perang.