Di
era globalisasi yang semuanya serba terbuka ini, tidak dapat dipungkiri bahwa segala
jenis produk dari berbagai negara dapat dengan mudah memasuki sebuah negara
termasuk kebudayaan. Indonesia sendiri sudah lama diserbu oleh produk-produk
asing termasuk kebudayaan, dan hal-hal dari luar tersebut secara tidak langsung
dan sedikti demi sedikit akan menghilangkan nasionalisme dan jati diri anak
bangsa.
Masuknya
kebudayaan asing tersebut adalah hal yang tidak dapat ditolak, karena
kebudayaan mereka masuk melalui unsur-unsur seperti media cetak, TV, Internet
dll yang sangat akrab dengan kehidupan generasi muda. Seperti halnya Gangnam
Style dan Harlem Shake,jenis tarian yang popular akhir –akhir ini akibat media sosial
Youtube.
Lantas
bagaimana untuk mempertahankan jati diri bangsa yang terancam tergerus akibat
maraknya invasi kebudayaan asing di era keterbukaan seperti sekarang. Tentu,
sangat sulit kalau kita memakai strategi kebijakan presiden Soekarno di era
Orde Lama yang melarang segala hal berbau asing seperti lagu dan film barat
masuk Indonesia. Karena, selain zaman sudah berubah, rakyat juga berhak
mendapatkan informasi dan hiburan yang tidak terbatas. Selain itu, negara-negara
yang selama ini terkenal menutup diti seperti Kuba dan Korea Utara pun justru
sudah mulai membuka diri mereka dengan meningkatkan kerjasama dengan dunia
luar.
Maka, hal yang
sudah pasti relevan untuk tetap mempertahankan nasionalisme dan jati diri bangsa
kita adalah dengan membekali generasi muda kita dengan ideologi dan falsafah
hidup bangsa Indonesia yaitu Pancasila.
Mengapa
Pancasila ?? karena Pancasila secara tidak kita sadari
adalah bagian dari dalam diri setiap bangsa Indonesia. Ketika Founding Father kita menetapkan
Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, para Founding Father tersebut sadar dengan kondisi masyarakat Indonesia
yang majemuk, sehingga dibutuhkan azas yang bisa diterima setiap orang.
Pancasila
sendiri sebenarnya adalah sinkretisme dari Nasakom (Nasionalis, Agama, Komunis)
yang sering didengungkan presiden Soekarno di era Orde Lama. Maka, jelas kalau
ideologi Pancasila bisa dianut oleh penganut faham Nasionalisme, Agama maupun
Komunis/sosialis. Dengan begitu, pancasila adalah ideologi yang universal dan
tidak hanya bisa dianut oleh bangsa Indonesia, tapi juga oleh bangsa lain di
seluruh dunia.
Namun, Kondisi
saat ini tentu berbeda dari apa yang diimpikan oleh para Founding Father negara ini. Kita bisa lihat generasi muda kita lebih
senang menghabiskan waktunya untuk hura-hura dan terjebak dalam paradigma
hedonisme.
Mereka sudah
tidak lagi ingat bagaimana negara ini dulu dibuat merdeka dengan susah payah
oleh para Founding father. Bahkan
tidak sedikit yang jauh lebih hafal nama personil boyband Korea dan bintang
Hollywood ketimbang tokoh-tokoh Nasional seperti Sutan Syahrir, M. Hatta dan
Tan Malaka.
Mereka pun juga
selalu membangga-banggakan produk asing dan selalu memandang sebelah mata
produk dalam negeri. Kita bisa lihat anak-anak muda kita yang begitu senang
bisa membeli Iphone atau Blackberry tipe terbaru. Namun, ketika ada sebuah
perusahaan atau anak bangsa berinovasi membuat Handphone, maka produk tersebut
akan menjadi bahan olok-olokan seperti Nexian.
Begitu juga begitu bersemangatnya mereka
menonton film-film Hollywood atau Korea bahkan sampai dibela-bela menonton di
hari pertama pemutaran, namun begitu malasnya mereka menonton film Indonesia
karena menganggap film Indonesia tidak cukup bagus ditonton, padahal Film-film
Indonesia sendiri juga banyak yang berkualitas bahkan diakui dunia
Internasional seperti film Laskar Pelangi atau A Lovely Man. Namun, mereka
beranggapan semua film Indonesia itu film pocong dan kuntilanak sehingga semuanya
disamaratakan.
Inilah yang
harus kita benahi, dimana anak bansga kita terutama generasi muda harus jauh
lebih bangga dengan produk negara sendiri ketimbang produk bangsa luar. Kita
bisa lihat bangsa Jepang, Korea atau India yang bisa memiliki produk menembus
dunia karena warganya bangga akan produk dalam neegri, walaupun kualitasnya
terkadang di bawah produk asing.
Orang India
begitu bangga dengan mobil Tata ketimbang Mercedes-Benz begitupun dengan orang
Korea yang lebih bangga memakai Samsung dan LG ketimbang Telepon Seluler lain
seperti Nokia dan Apple. Jepang bahkan sampai menerapkan politik dumping agar
bangsa mereka bangga dengan produk buatan dalam negeri.
Pancasila sebagai lambang negara |
Pancasila
sendiri dalam hal ini bisa digunakan sebagai media untuk meningkatkan jati diri
dan nasionalisme generasi muda Indonesia. Dengan menghayati setiap makna
sila-sila yang terdapat dalam pancasila maka mereka akan menjadi sadar bahwa
betapa bangganya mereka sebagai bangsa Indonesia karena menemukan sebuah konsep
yang bisa dianut oleh setiap manusia.
Konsep
ketuhanan yang maha esa adalah konsep yang dianut kaum agamis/relijius,
kemudian persatuan Indonesia yang dianut kaum Nasionalis, kemudian kerakyatan
yang dipimpin secara hikmah dan bijaksana melalui permusyawaratan perwakilan
dianut oleh kaum demokratis dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
dianut oleh kaum komunis/sosialis. Sedang kemanusiaan yang adil dan beradab
dianut oleh semua golongan tanpa kecuali.
Dengan
menghayati makna dari sila tersebut, maka akan muncul kebanggaan dari diri
setiap generasi muda karena bangsa mereka ternyata bukanlah bangsa yang selama
ini mereka sepelekan, namun sebuah bangsa yang besar dengan sejarah yang besar.
Kita tahu Bangsa Indonesia adalah bangsa yang cukup disegani oleh dunia
international di kala Presiden Soekarno masih berkuasa, selain itu luas negara
ini yang membentang dari Sabang sampai Merauke ternyata setara dengan luas
London hingga Teheran. Sehingga, negara kita selalu tampak dipeta serta
banyaknya suku bangsa dan kebudayaan membuat bangsa ini dikenal sebagai bangsa
yang kaya akan budaya.
Maka dengan
kesadaran tersebut, pemuda kita akan menjadi memiliki rasa bangga akan
Indonesia, bahkan bisa jadi mereka akan lebih senang menggunakan produk
Indonesia dengan terus berinovasi dan menciptakan sesuatu yang baru untuk
negara ini. Begitupun dengan bangga akan membeli setiap hasil inovasi anak
bangsa dalam bentuk apaun baik teknologi maupun seni. Semoga dengan hal ini,
nasionalisme generasi muda Indonesia tetap terjaga kendati mereka terus
digempur oleh produk asing di era keterbukaan ini.